Ulasan sederhana
𝘜𝘵𝘢𝘳𝘪 𝘚𝘶𝘭𝘪𝘴𝘵𝘪𝘰𝘸𝘢𝘵𝘪
Sebuah kenyataan yang menyakitkan…..
𝘛𝘢𝘬 𝘈𝘥𝘢 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘪𝘴𝘢….
Masyumi harus bersikap, harus miliki Renstra Pembangunan yang jelas.
Rakyat menunggu gagasan dan ide pro rakyat pro NKRI yang konstitusional
𝗥𝗮𝗸𝘆𝗮𝘁 𝗗𝗲𝘀𝗮 𝘀𝗲𝗺𝗮𝗸𝗶𝗻 𝗠𝗶𝘀𝗸𝗶𝗻
Sejak tak berfungsinya Koperasi Unit Desa, lumbung Desa dan Bulog maka petani dan rakyat desa terus tertekan oleh kebijakan rezim yang 𝘁𝗲𝗴𝗮 terus meraup duit rakyat. 𝗞𝗲𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗿𝘁𝗮𝗻𝗶𝗮𝗻 𝗗𝗲𝘀𝗮 𝘁𝗲𝗿𝗴𝗲𝗿𝘂𝘀 𝘁𝗲𝗻𝗴𝗸𝘂𝗹𝗮𝗸 karena lumpuhnya Koperasi Unit Desa dan tak berfungsinya Lumbung Tani dan juga melemahnya Bulog.
Di samping tertekan rakyat desa pun kian terpapar lagi akibat kenaikan BBM, harus urus BPJS saat melepas tanah warisan untuk menyambung hidup dan lagi terjerat dengan pengenaan Ppn hasil pertanian.
Rezim haus dana untuk bayar hutang dan proyek yang “muluk-muluk”, akibatnya timbul macam-macam pajak dan menerjang pula ekonomi Desa.
𝗔𝘀𝗼𝘀𝗶𝗮𝘀𝗶 𝗣𝗲𝗺𝗲𝗿𝗶𝗻𝘁𝗮𝗵 𝗗𝗲𝘀𝗮 𝗦𝗲𝗹𝘂𝗿𝘂𝗵 𝗜𝗻𝗱𝗼𝗻𝗲𝘀𝗶𝗮 yang tadinya bertujuan untuk dukung rakyat, diplesetin menjadi dukung Presiden Tiga Periode. Kenyataan ini sangat ironis, karena nyatanya struktur ekonomi dipreteli, dan akan merusak para Lurah jadi berpolitik untuk kelanggengan keluasaan.
Kandungan tanah Desa diketahui bernilai triliunan diraup dengan murah untuk kepentingan kapitalis, sementara Bila harus alih profesi diluar pekerjaan tani pun mulai direbut TKA
Janji Nawacita hanya buih kampanye rezim untuk pencitraan pro rakyat.
Pencitraan wajah culun, lugu dan tampilan mengecoh perhatian rakyat kecil.
Seluruh janji rezim hanya impian yang menguap.
Data kemiskinan tunjukkan 28 juta rakyat tak bermasa depan, hidup di bawah garis kemiskinan. Belum lagi menghitung lenyapnya lapangan kerja, rata2 pendidikan rendah dan kesehatan yang dibayangi stunting.
Ini kah wajah rakyat desa Indonesia yang akan genap 77 tahun merdeka pada 17 Agustus 2022.
𝗜𝗻𝗱𝗶𝗰𝗮𝘁𝗼𝗿 𝗘𝗰𝗼𝗻𝗼𝗺𝗶 𝗷𝗲𝗯𝗹𝗼𝗴
Meski berpoles kalimat bahwa proporsi hutang luar negeri terhadap PDB tak berbahaya atau dibandingkan pendapatan fiscal.
Namun toh nyatanya November 2022 harus ngutang lagi untuk bayar bunga hutang. Total hutang Rp 17.000 triliun lebih tak cukup, meski diperkirakan baru bisa lunas di tahun 2050.
𝗜𝗻𝗶𝗹𝗮𝗵 𝗸𝗲𝗴𝗮𝗴𝗮𝗹𝗮𝗻 𝗻𝘆𝗮𝘁𝗮 , 𝗿𝗲𝘇𝗶𝗺 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗺𝗮𝗻𝗮𝗴𝗲𝗿 𝗶𝗻𝘃𝗲𝘀𝘁𝗮𝘀𝗶
Bagaimana Menteri Keuangan yang konon terbaik di dunia itu harus berkelit. Pemerintah gagal jadi Manager Investasi.
Diawali dari cita- cita luhur dan pandangan yang jauh menembus waktu, para pendiri bangsa ini membangun pondasi Pembangunan NKRI dengan UUD 1945 dan Pancasila sebagai dasar negara.
Dengan pengertian Rakyat sebagai Pemegang Saham Indonesia, maka dari setiap Pemilu, melalui bilik 𝘀𝘁𝗲𝗿𝗶𝗹 telah memilih partai, caleg dan kemudian presiden.
Dimana dari setiap hasil Pemilu juga menunjukan keikhlasan Rakyat untuk menyerahkan kepada pemenangnya untuk mengurus NKRI ini dengan penuh kepercayaan. Rakyat rela menitipkan 𝗱𝗮𝗻𝗮 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗽𝗮𝗷𝗮𝗸 dan juga 𝘀𝗲𝗹𝘂𝗿𝘂𝗵 𝗸𝗲𝗸𝗮𝘆𝗮𝗮𝗻 𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗜𝗻𝗱𝗼𝗻𝗲𝘀𝗶𝗮 untuk dikelola dengan bersendikan UUD 45 dan Pancasila
Tetapi kenyataanya rakyat Indonesia terus menelan kerugian dan bahkan kini hanya sekelas Timor Leste. Dari masa Orla, rakyat pilih Masyumi tetapi kelihaian otak Komunis telah pengaruhi Presiden untuk pilih ide Nasakom yang akhirnya menyebabkan pimpinan Masyumi pilih mati suri dengan bermutasi mendirikan berbagai ormas Islam untuk menanti saat yang tepat kembali terpanggil untuk NKRI.
Kerugian besar rakyat sebagai pemegang Saham mulai terjadi.
Ulama dan TNI beserta relawan harus membayar dengan jiwanya agar Indonesia bebas Komunis.
Orba, membenahi ekonomi melalui Repelita, kehidupan pedesaan ditata dengan UUD 45, kesehatan bayi sampai Balita tertata melalui Puskesmas, tetapi toh rakyat merugi lagi ketika perekonomian mulai bergerak ke kapitalisme dan pasar bebas.
Semua instrumen ekonomi bangkit di masa Orba tetapi oligarki juga mulai lahir dan tumbuh. Pembangunan ekonomi nampak jelas, tetapi di sisi demokrasi tak berjalan, dan harus akui Pancasila azas tunggal, tujuannya mungkin untuk perangi bahaya laten komunis. Tetapi demokrasi alami kemunduran.
Rakyat nikmati harga kebutuhan pokok yang murah, Repelita berjalan lancar, tetapi masih merugi karena income per capita masih rendah, padahal nilai kekayaan alam Indonesia tak akan terhitung sampai kiamat.
Kerugian rakyat ternyata makin besar karena setiap ganti rezim hutang terus bertambah dan celakanya asing kian kuasai sumber daya alam melalui KKN.
Ironis, bila melihat sebagian wisatawan asing, penikmat keindahan Indonesia ternyata adalah para pensiunan yang bahagia karena bisa keliling dunia.
Di Indonesia keadaan berbalik, para pensiunan gigit jari tak cukup simpanannya untuk berwisata bahkan mengelilingi keindahan alam Indonesia saja tak mampu.
Ironis. Yang bisa dilakukan adalah umroh dan haji itupun biayanya relatif mahal, sehingga harus menabung puluhan tahun.
Rata- rata rakyat Indonesia sampai pensiunpun hidup tetap pas2an karena rezim- rezim yang terpilih gagal memakmurkan rakyat nya.
𝗧𝗜𝗧𝗜𝗞 𝗞𝗥𝗜𝗧𝗜𝗦
Saat ini paling mengkhawatirkan, bahkan ada prediksi Indonesia akan terhapus dari peta dunia politik, karena kebodohan, kerakusan, ketamakan dan haus kekuasaan dari rezim. Moral dan Akhlak yang 𝗿𝗲𝗻𝗱𝗮𝗵, menghancurkan cita- cita pendiri bangsa, bak kumpulan preman yang bergantian urus negara. Kapankah rakyat menikmati keuntungan, bebas hutang, gemah ripah seperti yang telah dinikmati rakyat- rakyat di negara lain???
Rakyat negara lain meski miskin sumber daya alam, iklimnya tak bersahabat dan lebih kecil wilayahnya tetapi pemerintahnya lebih amanah dan bekerja keras sehingga income per capita nya tinggi.
Bahkan nilai tukar uang nya di atas Rupiah, bayangkan negara sekecil Mauritius, income per capita nya jauh berkali lipat banding Indonesia yang miliki 17.000 pulau lebih.
Pengusaha China perantauan kuasai politik dan ekonomi
Bukan hoax, tetapi kenyataan yang memilukan bahwa mendekati 77 tahun umur NKRI ini, ternyata hanya dapat dinikmati oleh pengusaha China Perantauan.
Mereka kini dijuluki Sembilan Naga, tiap hari, tiap saat dikeluhkan di medsos, tetapi tak bergeming, karena mereka telah mencemkramkan kekuatannya sejak hampir empat decade di Bidang ekonomi dan kini merambah ke dunia politik. Bagaimana nasib NKRI di usia 100 tahun nanti, yang tinggal 23 tahun lagi. Jangankan 100 tahun, mungkin bisa jadi mulai RT/ RW/Lurah terus sampai Presiden adalah keturunan China.
Apakah masih mampu NKRI keluar dari cengkraman oligarki???
Bagaimana caranya agar rakyat Indonesia umumnya dan di pelosok desa dapat menikmati keuntungan??
Jawabannya HARUS BISA, kalau tidak, rakyat yang mayoritas muslim hanya akan jadi jongos ekonomi, politik dan bahkan mungkin bakal kehilangan keluhuran budaya ketimuran.
Para pengamat, pakar, cerdik pandai, ulama tersedia dan terus bersuara tetapi tetap lemah bila tak bersatu padu menjadi kekuatan politik dan ekonomi yang solid.
Maka melihat kondisi saat ini hanya Masyumi Jawabannya .
Para pendiri Partai Masyumi membuktikan kehebatannya dan amanah nya sebagai bagian dari pendiri bangsa dan penyelamat NKRI. Tokoh Masyumi adalah tokoh- tokoh bangsa, pemikir, pemersatu dan peletak dasar ekonomi kerakyatan.
Babe Ridwan Saidi pun memberi kode keras bahwa saat nya Partai Masyumi yang dikenal sebagai penuh ide dan gagasan intelektual dan menomersatukan kepentingan bangsa dan negara bangkit kembali.
Rakyat muak dengan politik uang, kualitas wakil rakyat yang rendah di DPR dan MPR dan tak mampu perjuangkan hak- hak dan kebutuhan rakyat.
Politik santun elegant akan kembali menjadi pilihan, setelah menyaksikan sendiri partai- partai politik yang besar tak berkutik dan tak bernyali hadapi oligarki. Para wakilnya hanya menjadi tukang stempel untuk loloskan RUU- RUU yang merugikan rakyat.
Tidak ada waktu lagi bagi kader Masyumi untuk benar2 membuktikan bahwa genre baru Masyumi. menyambut tongkat estafet dan merasa terpanggil untuk bekerja keras untuk kembali menyelamatkan NKRI
Masyumi harus merebut setiap jengkal wilayah untuk bersama- sama membangun sinergi. Siapakah Masyumi?
Masyumi adalah setiap Muslim dan Muslimat yang selama ini tanpa sadar menjadi konsumen dan obyek yang membesarkan bisnis oligarki di seluruh pelosok tanah air.
Never late than nothing untuk berani berdiri tegak dan tegas berpihak kepada kebenaran yang hakiki.
Inshaa Allah dengan potensi kekuatan yang luar biasa rakyat Indonesia akan mulai memetik hasil dan tak lagi merugi sebagai pemegang saham NKRI.
Indonesia Baldatun
Thayyibatun Wa rrabun Ghafur
(𝘉𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘣𝘶𝘯𝘨 𝘶𝘭𝘢𝘴𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘢𝘪 𝘐𝘯𝘷𝘦𝘴𝘵𝘢𝘴𝘪 𝘸𝘪𝘭𝘢𝘺𝘢𝘩)