Soegijo, Peserta KIM2 (Kader Inti Masyumi) Wonosobo

February 20, 2023

 

 

Oleh: Abdullah Hehamahua 

       DPP Partai Masyumi melaksanakan Diklat KIM di Wonosobo, Jawa Tengah. Diklat KIM (Kader Inti Masyumi), salah satu program khusus Majelis Syura (MS). Ia dilaksanakan selama lima hari. Mulai dari tanggal 12 sampai dengan 15 Februari 2023.  Menariknya,  Diklat KIM Angkatan kedua ini diikuti seorang perserta berusia 91 tahun. “Saya anggota Masyumi sejak tahun 1945,” katanya dengan bangga.

KIM, Calon Pejabat Publik

Diklat KIM adalah proses pelatihan Kader Inti Masyumi. Ia merupakan program khusus MS Masyumi. Sebab, lulusan Diklat KIM merupakan calon pejabat publik. Mereka merupakan bakal anggota legislative, eksekutif, yudikatif, dan BUMN/BUMD. Olehnya, Diklat ini dilaksanakan oleh MS. Sebab, MS merupakan Lembaga Tertinggi di Masyumi. Mereka berwenang menetapkan Ketum, Sekjen, dan Bendum Pengurus Pusat (PS). MS juga berwenang menentukan anggota Dewan Pakar dan Mahkamah Partai. Pengurus Wilayah dan Daerah, di-SK-kan PP, tapi dengan persetujuan MS.

MS juga berwenang menetapkan kebijakan strategis, baik mengenai internal maupun eksternal partai. Namun, ada perbedaan di antara MS Masyumi dengan yang dipunyai partai lain. Partai A misalnya, Ketua MS yang punya otoritas penuh. Pendapat Ketua MS adalah “sabda.”  Di Masyumi, otoritas penuh tidak berada di pribadi Ketua MS. Otoritas tersebut berada di tangan syura (musyawarah) anggota MS.

SOEGIJO, Peserta  91 TahunDiklat KIM Wonosobo ini, diikuti 48 peserta. Mereka berasal dari Jateng, Yogya, Jatim, Bali, dan NTT. Menariknya, Soegijo adalah peserta yang tertua. Hari ini, beliau berumur 90 tahun, 6 bulan, 5 hari. Beliau lahir di Miri, Sragen, Jateng.

Soegijo menikah dengan Siti Aisyah. Mereka memeroleh seorang anak lelaki, Mohammad Saleh. Sekarang Mohammad Saleh menjadi direktur salah satu BUMN di Krawang.  Siti Aisyah terkena penyakit gula akut. Tahun 2002, beliau dipanggil pulang oleh Allah SWT.

Soegijo menikah lagi pada tahun 2004. Isteri barunya, Saudah, janda dari seorang korban Talangsari, Lampung (1989). Catatan Komnas HAM, 130 orang meninggal dunia, 77 warga dipindahkan secara paksa. Ada 53 orang yang haknya  dirampas dan 46 orang mengalami penyiksaan. Penyerangan dipimpin Komando Korem  Garuda Hitam 043, Kolonel Hendropriyono.

Saudah, isteri kedua Soegijo membawa empat anak. Hari ini, Soegijo hanya tinggal bertiga di Giiri Margo, RT 18 Kecamatan Miri, Kab. Sragen. Beliau, isteri, dan anak tirinya yang bungsu, tinggal bersama sekarang.

Soegijo Kampanye Masyumi dalam Pemilu 1955

Soegijo mengisahkan, beliau sudah aktif di Masyumi sejak tahun 1950. Bahkan, beliau  ikut kampanye untuk partai Masyumi dalam Pemilu 1955. Sebab, waktu itu beliau Ketua Anak Cabang Masyumi di Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen. Apalagi sejak tahun 1952, pak Soegijo sangat mengagumi Mohd. Natsir. Itulah sebabnya, sewaktu beliau diberitau pak Suwandi, Masyumi hidup kembali, langsung ikut Diklat KIM di Wonosobo ini. Pak Suwandi adalah salah seorang peserta Diklat KIM gelombang pertama di Kabupaten Bogor, bulan lalu. Namun, beliau tetap ikut lagi Diklat KIM gelombang kedua ini. Padahal, beliau dinyatakan lulus dalam post test Diklat KIM gelombang pertama. Beliau juga sudah sepuh, 76 tahun.

Soegijo, Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah

Soegijo, tamat SR, melanjutkan pendidikannya di Sekolah Pendidikan Guru (SPG). SPG ini khusus bagi para murid yang berminat menjadi guru. Tamat SPG, Soegijo melanjutkan pendidikan ke Sekolah Guru Atas (SGA). Beliau kemudian melanjutkan kuiah selama empat  tahun lagi untuk memeroleh ijazah B1.

Tamat sekolah, Soegjono menjadi guru SD di Miri, Kabupaten Sragen. Beliau kemudian mengajar di SMP dan SMA sebagai guru PNS. Tahun 1992 – 1996 beliau diperbantukan sebagai  Kepala Sekolah Muhammadiyah Sragen. Sebelum menjabat Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah, pak Soegijo menjadi Ketua Muhammadiyah Cabang Miri selama 20-an tahun. Pak Soegijo purna bakti pada tahun 1992.

Soegijo Merintis Pesantren

Soegijo, lima tahun pasca pensiun, merintis pendirian pondok tingkat tsanawiyah dan aliyah. Jumlah santri sebanyak 400 orang. Mereka mukim di pondok. Ada santri yang dapat keringanan uang sekolah sebesar 50 persen. Ada pula yang gratis.

Tenaga pengajar berasal dari tamatan pondok.dan dari pihak luar. Bagi santri yang mendapat beasiswa 100 persen, wajib menjadi tenaga Pengajar selama dua tahun. Bagi santri yang mendapat beasiswa, 50 persen, wajib mengabdi selama setahun, pasca lulus