Perjuangan Umat Islam Mempertahankan Republik

November 8, 2024

Perjuangan Umat Islam Mempertahankan Republik

Pidato Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo

Kita Bersyukur kehadirat Allah SWT, pada kesempatan yang berbahagia ini, dihari yang bersejarah ini, kita hadir Bersama-sama disini dalam rangka memperingati 79 Tahun lahirnya Partai Islam legendaris, yaitu Partai Politik Islam Masyumi.

Kehadiran Masyumi dalam panggung sejarah Indonesia, telah membawa prestasi yang cukup gemilang, dan memberi warna yang khas dalam sejarah politik Indonesia.

Sejarah telah mencatat bahwa Masyumi menjadi pelopor politik ideologis yang konsisten dan berpegang pada nilai-nilai perjuangan yang dianutnya. Masyumi adalah warisan politik Islam yang harus dicontoh sepanjang sejarah.

 

Saudara-Saudara sekalian

Umat Islam adalah rahmat bagi bangsa Indonesia. Kenapa saya katakana demikian? Umat Islamlah yang pertama-tama membangun kesadaran kolektif untuk berjuang mendirikan negara. Ikatan keislaman yang menyebar dalam bentuk organisasi-organisasi Islam telah menghimpun kekuatan bangsa Indonesia yang integral.

Semenjak awal abad 20, Ketika pemerintah Hindia Belanda menggunakan politik etis sebagai cara untuk menghentikan perang fisik yang terjadi dimana-mana, seperti, perang diponegoro, perang Aceh, Perang Sultan Hasanuddin, dan perang-perang lainnya yang dipimpin kesultanan Islam, maka awal abad 20 belanda mulai merasa harus merubah pola politiknya ditanah jajahan.

Penjajah mengira dengan merubah pola politiknya, maka tokoh-tokoh bangsa ini akan menerima begitu saja. Siasat perjuangan tokoh-tokoh Islam pun berubah.

Sejak itulah muncul organisasi-organisasi Islam. untuk pertama kalinya, pelopor organisasi sebagai awal kebangkitan nasionalisme itu adalah Serikat Dagang Islam (SDI). Organisasi yang berdiri tahun 1905 itu, merupakan organisasi politik pertama dalam sejarah Indonesia dan menjadi organisasi politik Islam pertama dalam sejarah dunia Islam.

Siasat politik yang demikian hanya mampu ditangkap oleh akal, yang jernih, oleh kehendak untuk merdeka, oleh mereka yang memiliki kesadaran etis yang tinggi. Perang fisik boleh berakhir, tetapi keramahan penjajah untuk mengubah pola penjajahannya perlu disiasati dengan cara yang sama.

 

Saudara-Saudara Sekalian

Ada tiga realitas penting dalam sejarah Indonesia.

Realitas pertama adalah umat Islam. Umat Islam adalah ummat yang lahir sebelum negara. Umat Islam telah berjuang dengan segala daya dan upaya untuk mencapai Indonesia Merdeka. Umat Islam juga yang ikut serta membentuk kekuatan pertahanan negara.

Pada Tahun 1943, setelah Belanda merestui berdirinya majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), para tokoh-tokoh Islam dari berbagai latar belakang, dari SI, Muhammadiyah, NU dan lainnya mendirikan lascar Jihad yang Bernama Hizbullah. Laskar jihad inilah yang setelah kemerdekaan menjadi tantara nasional Indonesia.

Umat Islam pulalah yang telah menyatukan bangsa-bangsa yang berbeda, dari suku-suku yang berbeda dalam satu ikatan keagamaan. Berkat ikatan ini, persoalan yang terjadi diberbagai daerah, pergolakan politik dan ketidakpuasan yang terjadi dimasa lalu diselesaikan dengan wibawa tokoh-tokoh Islam.

Ambillah contoh, Ketika Indonesia dipecah menjadi negara Serikat Akibat dari Konferensi Meja Bundar, Natsir sebagai tokoh sentral Islam melakukan upaya untuk menyatukan negara-negara bagian melalui lobi-lobi dengan tokoh-tokoh Islam di daerah. Setelah upaya yang luar bias aitu Natsir kemudian melakukan pembicaraan dengan Anggota parlemen dan menyampaikan mosi yang paling bersejarah, yaitu Mosi Integral natsir. Orang menyebutnya sebagai mosi lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Realitas Kedua adalah negara.

Negara sebagai entitas politik lahir setelah ummat. Dia dibentuk atas dasar panggilan nasionalisme dan ikatan kesejarahan bangsa-bangsa. Indonesia adalah negara yang berdiri diatas ribuan pulau, ribuan suku, Bahasa yang heterogen.

Kemajemukan itu adalah rahmat, namun dapat menjadi bencana kalau tidak dikelola dengan baik dan adil. Negara bisa pecah, negara bisa gagal. Maka tugas negara adalah menciptakan tujuan Bersama yang telah tertuang dalam Pancasila, Pembukaan UUD dan Konstitusi kita.

Realitas Ketiga adalah wilayah kita.

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdiri dari daratan dan perairan: Daratan, yaitu pulau dan kepulauan dan Perairan, yaitu lautan, selat, dan danau.

Secara geografis, wilayah Indonesia terbagi menjadi empat bagian, yaitu: Wilayah Indonesia Timur, Wilayah Indonesia Barat, Wilayah Indonesia Utara, Wilayah Indonesia Selatan.

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.504. Luas wilayah Indonesia secara keseluruhan, baik daratan maupun lautan, sekitar 8,3 juta km2. Indonesia juga memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km, yang menjadikan Indonesia sebagai negara kedua yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah Negara Kanada.

Indonesia berbatasan darat dengan tiga negara, yaitu Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste. Sementara itu, Indonesia berbatasan laut dengan Singapura, Filipina, Vietnam, dan Australia.

Kita memiliki wilayah yang cukup luas, namun Beberapa wilayah di Indonesia masih berpotensi dikuasai oleh asing melaui pertambangan, penyewaan lahan, real estate. Penguasaan terhadap tanah dan kelonggaran kebijakan pemerintah tentang penggunaan ha katas tanah untuk asing dan pengusaha memberikan dampak yang mengkhawatikan bagi kedaulatan kita.

Belum lagi pulau-pulau terluar dan daerah pesisir yang kaya akan sumber daya alam (SDA) seperti mineral dan hasil laut, masih luput dari pengawasan kita. Diantaranya, pulau-pulau di Nusa Tenggara, Maluku, dan Sulawesi seringkali menjadi target perhatian asing, baik untuk tujuan industri maupun perolehan tanah. Hal ini disebabkan oleh lemahnya pengawasan dan pengelolaan yang dapat memudahkan pihak asing masuk ke dalam wilayah-wilayah tersebut.

 

Saudara-Saudara sekalian

Bahaya penguasaan wilayah ini menjadi perhatian penting bagi kita. Meskipun konstitusi kita telah memberikan amanat dalam pasal 33 UUD 1945 yang dirumuskan secara apik itu, namun kebijakan pemerintah selalu mengabaikan prinsip-prinsip nasionalisme dalam persoalan bumi, air dan kekayaan yang teerkandung di dalamnya.

Inilah tugas kita Bersama untuk melihat kondisi negara kita saat ini. Secara politik internasional kita adalah negara yang merdeka, tetapi secara ekonomi kita masih dikuasai oleh segelintir orang kaya. Kekayaan dan penguasaan atas tanah yang timpang terus menjadi bahan diskusi kita semua, namun kita belum mendapatkan solusi konkrit menghadapi semua ini.

Saudara-saudara sekalian.

Sudah 79 tahun kita merdeka, dan janji kemerdekaan itu masih menjadi utang bagi kita semua yang belum mapu kita tunaikan. Kita tentu berharap lebih banyak kepada pemerintahan baru yang dipimpin oleh Bapak Presiden Prabowo Subianto untuk sedikit demi sedikit memperbaiki keadaan kita sekarang ini.

Pemerintah memiliki tugas untuk mewujudkan cita-cita nasional, menjaga dan melindungi segenap tumpah dara Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Cita-cita harus kita wujudkan apabila kita ingin menjadi negara yang hebat, negara yang maju atau yang sering disebut sebagai Indonesia emas tahun 2045.

Saudara-saudara sekalian

Tahun ke-79 kemerdekaan Indonesia dan peringatan 79 berdirinya partai Masyumi, harus menjadi refleksi sejarah yang membangkitkan jiwa dan semangat kita. Membangkitkan api perjuangan ummat untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara.

Masyumi sebagai partai politik memiliki pemahaman yang komphensif mengenai ummat, negara dan wilayahnya.

Masyumi bukan hanya partai politik, tetapi juga sebagai partai kader yang membimbing umat Islam untuk mencintai tanah airnya. Karena itu sepanjang karir politiknya Masyumi selalu membangun kesadaran ummat lewat politik.

Masyumi juga menyadari tentang pentingnya negara kesatuan. Seperti yang telah disampaikan, bahwa Masyumi telah berhasil mempertahankan NKRi. Masyumi juga telah menghalangi perwira-perwira menengah daerah melalui tokohnya Natsir dan Sjafruddin prawiranegara untuk tidak membentuk negara tandingan lewat PRRI, melain membentuk pemerintah tandinga-pemerintah oposisi.

Masyumi juga menyadari tentang wilayah-wilayah republik dan kedaulatan negara atas wilayah-wilayah itu.

Saudara-saudara sekalian

Usia 79 tahun dalam kenangan yang jatuh bangun, dalam lika-liku perjalanan bangsa adalah usia untuk mencapai tahap kearifan. Karena itu saya berharap, masyumi dalam kebangkitannya di pentas politik modern harus memulai dengan politik yang arif.

Tidak muda mendirikan partai politik. Tidak mudah memobilisasi massa. Tidak mudah menjadi partai parlemen.

Tetapi ikhtiar dan semangat. Serta kearifan akan menghasilkan kemudahan-kemudahan untuk mencapai tujuan itu.

Saya berharap, partai Masyumi bisa mewarisi jiwa dan semangat luhur para pendahulu sehingga menjadi partai Islam nasionalis yang kokoh dan diperhitungkan.

Demikian

Wassalam