Anies Baswedan dan Indonesia Menggugat

October 10, 2023

(Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle)

Partaimasyumi.id- Media terbesar kompas.com melaporkan ratusan ribu massa berkumpul di Malang untuk mendukung Muhaimin Iskandar, cawapres pasangan AMIN sebagaimana diberitakan pagi ini, 8/10/23, dalam judulnya “Di Depan Ratusan Ribu Pendukungnya di Malang, Muhaimin: Banyak Pendidikan Murah Tak Berkualitas”. Berita ini sangat memukau sebab kehadiran Muhaimin sendiri, tanpa Anies, dihadapan massa dan adanya pengakuan ibu-ibu yang diberitakan sudah sejak Subuh datang ke tempat acara sekedar ingin melihat Gus Imin, menepis berbagai survei dan analisa yang mengatakan bahwa dia tidak punya kontribusi pada kenaikan keterpilihan pasangan IMIN. Bahkan, beberapa lembaga survei mengatakan elektabilitas Anies menurun sejak berpasangan dengan Gus Imin.

Beberapa kali saya dihadapkan dalam debat hasil survei dan saya sudah sampaikan bahwa Gus Imin bukan hanya simbol ketokohan kaum Nahdliyin saat ini, sehingga akan berkontribusi sedikitnya 10,26% suara PKB atau sekitar 20 juta jiwa dari jumlah resmi pemilih terdaftar 2024, tapi juga mungkin akan memberi efek fusi bersama Anies, sehingga jumlah suara yang akan diperoleh berkali-kali lipat besarnya. Mengapa?

Penjelasan pertama adalah Gus Muhaimin merupakan pemimpin dari sebuah kelompok sosial yang solid. Ilmu sosial menelaah secara konsisten selama ribuan tahun sejak Ibnu Khaldun di dunia Islam dan Emile Durkheim di barat tentang ikatan sosial dan tahapan perkembangan masyarakat. Faktor kekerabatan dalam circle elit-elit PKB, ideologis “bonding” dan kepentingan politik yang menguntungkan kelompoknya, membuat adanya soliditas yang membuat demarkasi pengelompokan antara mereka dan pihak lainnya (me/ours versus you/them).

Penjelasan kedua adalah penjelasan teori dan efek fusi. Teori dan Efek fusi dalam teori nuklir adalah penjumlahan faktor tidak bersifat aritmatika maupun seperti transformasi ikatan kimia biasa (misalnya H2+O2= Air+..). Dalam teori fusi, energi yang dihasilkan dari pertemuan dua partikel berbeda dapat menyebabkan energi yang dihasilkan berkali kali lipat.

Pertemuan dua tokoh yang berbeda secara “ideologis” antara Muhaimin dan Anies Baswedan dapat menjumlahkan kekuatan mereka dalam jalan aritmatika maupun fusi. Dalam isu “Change”, sebagaimana Muhaimin dan jajaran elit PKB yang semakin kemari semakin yakin dengan isu perubahan, maka sinergi dan reidiologisasi kekuatan dan arah kekuatan mereka dapat menjelma menjadi kekuatan rakyat secara totalitas untuk menyongsong perubahan. Faktor penyebab fusi lainnya juga dapat bersifat “push-factor”, yakni rezim yang berkuasa membangun front berhadapan dengan isu perubahan.

Padahal, sejatinya rakyat menderita dengan rezim yang berkuasa saat ini. Misalnya, meskipun survei2 menyebutkan tingkat kepuasan yang tinggi pada rezim, ternyata survei yang sangat kredibel terbaru dari UGM, universitas para kandidat Capres Cawapres, dalam laporan “Employment Issue Top Priority for 47,3% of Students in Upcoming Election, Says UGM Survey”, umg.ac.id, 5/10/23, jumlah mahasiswa yang di survei dari 31 perguruan tinggi di Indonesia mengalami ketakutan dengan kepastian kerja saat iniini hampir mencapai 50%. Artinya kepastian kerja era Jokowi sangat buruk. Belum lagi fakta puluhan juta rakyat Melayu marah dengan Jokowi terkait kebijakan “pengusiran” Rakyat Rempang.

Kebencian rakyat terhadap Jokowi dan kandidat yang didukungnya secara kasar akan membuat isu perubahan menjadi semakin besar. Dan kecintaan rakyat kepada pasangan AMIN terus membesar. Dalam ilmu sosial, hal ini diteliti sebagai energi gerakan besar dalam kajian-kajian revolusi sosial. Dengan figur Anies dan Muhaimin tentu isu ini tidak dapat dibendung lagi.

Kegagalan survei-survei sosial dalam menghitung fenomena Muhaimin Iskandar ini bersumber dari rendahnya kualitas lembaga survei di Indonesia. Meskipun mereka telah berkali-kali salah memprediksi kemenangan antara lain Anies di Jakarta, Sudirman Said di Jawa Tengah, Sudrajat di Jabar, dan lainnya, lembaga ini tidak berusaha untuk mengevaluasi secara serius soal metodologi dan kejujuran dalam survei. Saya sebagai sosok yang dulu menempuh pendidikan kuliah ilmu pengukuran atau Survei dan Pemetaan di ITB (Teknik Geodesi) dan melakukan metodologi survei kuantitatif ketika kuliah S3, sangat yakin bahwa fenomena Muhaimin itu hanya bisa dijelaskan melalui pemahaman utuh ilmu-ilmu sosiologi, politik, psikologi massa, antropologi, dan lainnya. Dengan kajian sosial yang matang maka kita tahu Muhaimin Iskandar saat ini adalah tokoh besar. Lebih besar dari semua prediksi lembaga-lembaga survei dan lainnya. Muhaimin Iskandar Uber Alles.

Penutup

Keberhasilan Muhaimin Iskandar menghipnotis ratusan ribu massa rakyat di Malang dengan isu perubahan, khususnya bidang pendidikan, menunjukkan Muhaimin bukanlah tokoh biasa. Fenomena ini justru menunjukkan Muhaimin adalah tokoh besar bangsa ini yang sedang membimbing kita untuk perubahan (change!).

Berbagai “under estimate” dari lembaga survei dan tokoh-tokoh politik di Indonesia, menunjukkan kegagalan mereka melihat adanya fenomena ketokohan Muhaimin. Bagi kaum perubahan justru ini adalah suatu momentum yang ditunggu, sinergi total dua tokoh perubahan bangsa, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Tentu sambi terus berdoa pada Sang Pencipta. Sinergi ini diharapkan memberikan energi fusi yang sangat dahsyat. Mungkin energi ini akan mengantarkan Anies-Muhaimin menang dalam satu putaran.

Muhaimin di atas segala prasangka yang meremehkan. Muhaimin Uber Alles.
[15.09, 10/10/2023] Sahganda n: Assalamu’alaikum selamat siang teman2. Ijin kirim tulisan ya soal Anies di tolak di Gedung Indonesia Menggugat. Salam
[15.09, 10/10/2023] Sahganda n: Anies Baswedan dan Indonesia Menggugat

(Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle)

Anies Baswedan telah dihadang menghadiri diskusi di Gedung Indonesia Menggugat, Minggu 8/10/23 lalu. Acara yang diselenggarakan Change Indonesia, yang diorganisir Maman Imanul Haq dan Andreas Marbun tersebut dicabut ijinnya malam hari sebelum sehari sebelum pelaksanaan.

Penghadangan Anies juga hampir terjadi pada minggu sebelumnya, 1/10/23, ketika segelintir makhluk yang mengatasnamakan mahasiswa menuntut pembatalan acara Ngariung 1000 alumni ITB dengan Anies di gedung BMC, maupun acara jalan santai Anies di stadion Jalak Harupat Soreang, yang diperkarakan sebagai milik pemprov Jabar.

Perbedaan yang mencolok adalah gedung dan fasilitas pemerintah lainnya di Jabar bebas digunakan Kaesang si anak Jokowi dalam temu akbar politik Stadion Arcamanik maupun parpol lainnya pendukung pemerintah. Inilah diskriminasi nyata.

Alasan plt gubernur Jabar tidak masuk akal. Sebab, mengatakan fasilitas pemerintah tidak dapat digunakan untuk aktifitas politik sangat bias. Apalagi jika melihat Jokowi selalu menggunakan istana dan fasilitas negara dalam semua cawe-cawe politiknya menuju 2024. Bahkan, jika terjadi dalam beberapa hari ke depan, penunjukan Gibran sebagai cawapres pilihan Prabowo, diperkirakan telah memakai fasilitas Mahkamah Konstitusi RI untuk mewujudkan itu. Yakni merubah batas usia Cawapres RI. Lalu untuk apa mengatas namakan ruang publik dalam melarang kandidat politik yang bersebrangan dengan pemerintah?

Pentingnya Spirit Sukarno Muda

Change Indonesia, sebagai kumpulan aktifis pro demokrasi sepanjang 90-an dan 2000an, adalah bagian dari sejarah dalam menegakkan demokrasi dan keadilan sosial di Indonesia. Pilihan tempat Gedung Indonesia Menggugat tentunya sangat penting untuk berdiskusi, baik bersama Anies maupun tidak. Yang penting mereka datang untuk merenung, bukan untuk joget-joget musik Rungkat maupun Ojo Dibandingke, seperti penggunaan istana milik negara beberap waktu lalu. Merenung soal Sukarno dan Indonesia Menggugat tentu akan menjawab pikiran Rahmawati Soekarnoputri dalam bukunya “Using Soekarno to kill Soekarnoisme”.
(lihat: teguhtimur.com/2020/10/06/soekarnoism-is-to-kill-soekarno/).

Ketika Soekarno diadili di Lanraad (sekarang GIM), dia masih berumur 29 tahun. Dalam pledoi pembelaannya “Indonesia Menggugat”, yang saya bedah dalam buku saya ” Menggugat Indonesia Menggugat “, 2022, yang saya tulis di penjara, banyak sekali pikiran Bung Karno yang perlu digali dan direvitalisasi untuk keperluannya visi Indonesia ke depan. (Lihat : rmol.id/read/2022/02/09/522700/kutukan-bung-karno-dalam-pledoi-syahganda-nainggolan)

Dalam tulisan saya ” Mengenang Ideologi Soekarno Muda”, RM Online, 30/5/21, yang saya kirim dari penjara bawah tanah Bareskrim ke Teguh Santosa, pimpinan media RMOL, banyak hal yang bisa diteladani dari pikiran Bung Karno muda, salah satunya yang terpenting adalah pledoi Indonesia Menggugat.

Pledoi tersebut mengisahkan perlawanan Bung Karno kepada kolonial, menjelaskan pikiran Bung Karno untuk merdeka dan menjelaskan cita-cita partainya PNI (Partai Nasionalis Indonesia). Perlawanan Bung Karno terhadap kolonial sendiri ada dua hal, pertama anti imperialisme barat dan kedua anti penjajahan asing.

Imperialisme menurut dia bersifat dua, imperialisme tua dan muda. Yang tua markentilisme, ketika negara bersama VOC mengeruk harta sumber daya alam kita dan era Kultur stelsel, yang imperialisme muda di era “Open Policy”, ketika Belanda membuka investasi asing bebas (liberalisasi modal). Pemerintah Hindia Belanda memberlakukan UU Agraria (Agrarische Wet) dan UU Perkebunan Gula (Suiker Wet) tahun 1870.

Imperialisme itu baik tua dan muda telah mengeruk seluruh harta bumi kita dan 70% di bawa ke Belanda. Menjadikan Indonesia sebagai pasar kelebihan produk asing. Dan kaum buruh kita menurut Bung Karno hanya memperoleh upah setara 6 kg beras perhari.

Bung Karno menolak imperialisme barat dan sekaligus menolak pemerintahan Hindia Belanda. Bung Karno meminta kebebasan dalam berorganisasi, seperti serikat buruh di tanah Belanda, selanjutnya juga meminta pemerintahan sendiri, bukan Belanda.

Dari 70 orang pemikir dan pejuang yang dirujuk Bung Karno dalam pledoi nya, Bung Karno meyakini bahwa sosialisme dapat menjadi ajaran yang membebaskan Indonesia.

Dalam hal Islamisme, Sukarno meyakini Islam dapat menjadi kekuatan bersama dalam membangun sebuah bangsa. Pledoi tersebut mengutip bahwa PNI (Partai Nasional Indonesia) adalah anti Riba. Sebuah ajaran Islam yang paling utama. Selain itu Sukarno selalu membanggakan organisasi Syarikat Islam, bentukan mertuanya HOS Tjokroaminoto, sebagai organisasi revolusioner, yang patut dicontoh.

Refleksi atas ajaran Bung Karno

Ajaran Bung Karno yang dapat dipetik dari “refleksi Indonesia Menggugat”, yang diselenggarakan Change Indonesia bersama Anies, beberapa hari lalu, tentunya masih banyak ajaran Bung Karno yang sangat relevan. Misalnya, Agrarische Wet dan Suiker Wet yang diberlakukan tahun 1870 sangatlah mirip dengan kebijakan agraria era Jokowi. Pada era itu hak kelola tanah selama 75 tahun. Pada era Jokowi, 90 tahun. Sukarno sendiri marah dengan pemberian hak selama itu, sehingga pada era berkuasa, Sukarno membuat UU Pokok Agraria membatasi hak kelola hanya selama 25 tahun.

Kemudian, penjelasan Bung Karno tentang kemiskinan kaum Marhaen, dengan upah sebesar 6 kg beras ternyata tidak berubah banyak. Bahkan, menurut Jumhur Hidayat, ketua Serikat Buruh SPSI, banyak daerah-daerah yang buruhnya masih jauh di bawah upah 6 kg beras tersebut. Meskipun, secara umum saat ini sudah berkisar 7 kg beras. (politik.rmol.id/read/2022/03/13/526678/jumhur-hidayat-beda-upah-harian-buruh-zaman-kolonial-dan-hari-ini-hanya-1-kg-beras)

Artinya, imperialisme saat ini semakin buruk saja. Dulu tidak ada yang kaya raya kecuali kaum kulit putih. Sekarang oligarki kaya raya, rakyat tetap miskin. Imperialisme datang bukan saja dari barat, tapi juga dari timur alias China.

Tentu banyak sekali refleksi lainnya yang dapat dilakukan oleh kaum aktifis dan Anies di Gedung Indonesia Menggugat. Apalagi merenungkan seorang pemuda beristri, seperti Bung Karno, mengambil resiko masuk penjara demi menyelamatkan bangsanya. Jika refleksi ini menjadi milik satu golongan saja, betapa sedihnya ruh Bung Karno di alam lain itu.

Penutup

Ajaran Bung Karno, khususnya Bung Karno Muda, begitu banyak faedahnya untuk dipelajari anak anak bangsa ini. Anies Baswedan tidak menghadiri jalan santai ratusan ribu massa di Malang, pada saat dia memutuskan datang ke Gedung Indonesia Menggugat (GIM), minggu 8/10/23 lalu. Membiarkan Muhaimin sendiri ke Malang. Anies ingin berdiskusi dengan kaum aktifis di GIM, maksudnya adalah refleksi, mencari spirit kejuangan dalam perjuangan bangsa. Sebelumnya, Anies bertemu “Ngariung 1000 alumni ITB”, tukar pikiran untuk masa depan Indonesia berbasis sains dan teknologi.

Sayang sekali langkah Anies dan Change Indonesia itu dihadang pemerintah. Alasannya tidak masuk akal dengan alasan pemerintah tidak mengizinkan pemakaian ruang publik. Pada saat bersamaan Kaesang menggunakan Gedung Olahraga Arcamanik milik pemerintah. Apalagi jika melihat Jokowi menggunakan istana dan fasilitas negara untuk cawe-cawe politik 2024. Namun, rakyat sudah melihat Anies sangat peduli dengan sejarah bangsa kita. Dia ingin menggali spirit Soekarno muda. Biarkanlah rakyat menilai siapa pemimpin yang pro rakyat, bukan penipu rakyat