SHAUM DAN IBADAH RAMADHAN RASULULLAH SAW (8):
HIKMAH DAN FADILAH SHALAT BERJAMAAH
Abdullah Hehamahua
Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya milik Allah SWT. Sebab, Dia adalah Perencana, Pencipta, Pemilik, Penguasa, Pentadbir, Pengawas, dan Pemutus segala urusan makhluk-Nya.
Olehnya, dengan inayah-Nya, kita senantiasa berada dalam keimanan, keislaman dan keafiatan sehingga bisa berjumpa lagi dalam rubrik ini.
Anda, saya, kita semua berharap, shalat kita kemarin, baik yang wajib maupun sunat sudah mencontoh adab shalat Rasulullah SAW.
Penulis, dengan pemikiran, pemahaman, penghayatan dan perilaku seperti itulah, malam ini mengkomunikasikan subtema: Hikmah dan Fadilah Shalat Berjamaah.
Hikmah Shalat Berjamaah
Umat Islam, tau bahwa, shalat berjamaah lebih utama dan memeroleh pahala yang tinggi dibanding shalat sendirian. Sebab, Allah SWT berfirman: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’” (QS Al Baqarah: 43).
Ayat Al-Qur’an ini dijabarkan Rasulullah SAW dalam beberapa sabdanya, antara lain:
1. “Barangsiapa yang mendengar azan lalu tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya, kecuali jika ada uzur.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah).
2. Dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah bersabda, ‘Shalat jamaah lebih baik dari pada shalat sendirian dengan pahala 27 derajat’.” (HR Al-Bukhari).
3. Dari Anas RA, beliau mengatakan, Rasûlullâh SAW bersabda: “Barangsiapa shalat jamaah dengan ikhlas karena Allâh selama empat puluh hari dengan mendapati takbir pertama (takbiiratul ihram), maka dia dibebaskan dari dua perkara: dibebaskan dari neraka dan dibebaskan dari kemunafikan.” ( HR. At-Tirmidzi).
4. “Seorang buta pernah menemui Nabi SAW dan berujar, “Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid.” Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah SAW untuk sholat di rumah, maka beliaupun memberikan keringanan kepadanya. Ketika orang itu beranjak pulang, baginda kembali bertanya, “Apakah engkau mendengar panggilan sholat (azan)?” Laki-laki itu menjawab, “Ia.” Beliau bersabda, “Penuhilah seruan tersebut (hadiri jamaah sholat).” (HR Muslim).
Fadilat Salat Berjamaah
Mayoritas umat Islam, jarang mengerti secara mendalam, apa hikmah dan fadilat dari shalat berjamaah. Dampak negatifnya, umat Islam tidak bisa memanfaatkan kedahsyatan shalat berjamaah. Penulis, dalam konteks ini, mengkomunikasikan beberapa fadilat shalat berjamaah, antara lain:
1. Menjalin Silarurrahim
Anda, saya, kita semua, setiap hari, sibuk dengan tugas rutin. Tugas di kantor, pasar, sawah atau rumah. Namun, melalui wadah shalat, kita bisa berjumpa dengan tetangga atau orang sekampung di masjid/mushalla.
Kita, di kantor, sejak pukul 08.00, masing-masing berkutat dengan komputer atau tugas rutin lainnya di dalam ruangan masing-masing. Namun, melalui institusi shalat dzuhur dan ashar berjamaah, kita bisa bersapa, bersalaman dan ngobrol ringan dengan teman sekantor, sebelum melanjutkan tugas rutin.
Inilah silaturrahim rutin yang terjalin setiap hari. Dampak positifnya, Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah dia bersilaturahim.” (HR Bukhari dan Muslim).
2. Saling Mendoakan
Shalat, secara syar’i, dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan ucapan salam. Konsekwensi logisnya, siapa pun yang berada di sebelah kanan dan kiri ketika shalat berjamaah, kita tetap mengucapkan salam kepadanya.
Betapa luhurnya ajaran Islam. Sebab, orang yang ada di sebelah kanan atau kiri kita dalam shalat berjamaah, musuh atau kawan, dikenal atau tidak, tetap mendapatkan doa dari jamaah. Pada waktu yang sama, kita juga memperoleh doa dari orang yang ada di sebelah kanan dan kiri kita.
Konsekwensi logisnya, orang yang rajin shalat berjamaah, apalagi di masjid/mushalla, secara sosiologis lebih dikenal dan dihormati tetangga atau orang kampung. Bahkan, lebih berjaya (menurut ukuran Islam) dibanding orang yang jarang apalagi tidak pernah shalat berjamaah.
3. Penyatuan Hati & Barisan Ummat
Kita, selesai mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri, dianjurkan untuk beristighfar. Ia merupakan proses penghizaban diri sendiri secara rutin, minimal lima kali sehari semalam. Inilah model evaluasi yang islami.
Dampak positifnya, hati menjadi lapang. Fikiran, tercerahkan. Apalagi, jamaah saling bersalaman. Dampak positif lanjutannya, lahir mobilitas sosial luar biasa besarnya. Ia dapat menumbuhkan kekuatan raksasa yang bisa menyelesaikan masalah umat dan bangsa. Apalagi, kalau kekuatan raksasa tersebut wujud, mulai dari subuh sampai isyak.
Yahudi, sejatinya, tidak gentar dengan banyaknya umat Islam yang menuju masjid pada hari Jum’at. Mereka tau, mayoritas umat Islam yang shalat Jum’at, hanyalah merupakan kegiatan rutin ritual. Bukan berdasarkan keyakinan dan komitmen yang kuat.
Namun, Yahudi sangat takut kalau umat Islam shalat subuh, seperti shalat Jum’at secara rutin. Sebab, mereka paham, hanya orang berkualitas tinggi yang bangun shalat subuh berjamaah di masjid/mushalla. Apalagi, menurut Rasulullah SAW, kemunafikan seseorang bergantung pada rutinitas shalat subuhnya.
4. Islam, Ajaran Internasional
Penyatuan hati dan fisik umat Islam, secara syar’i sangat terstruktur dan sistematik, baik secara harian, pekanan maupun tahunan. Persatuan dan kesatuan umat secara harian, dibangun dalam shalat berjamaah 5 kali sehari semalam. Ia disusul sekali sepekan dalam shalat Jum’at. Bahkan, dalam setahun, dilakukan dua kali, shalat Idul Fitri dan Idul Qurban. Apalagi, secara berkala, persatuan umat Islam secara internasional dibangun di padang Arafah ketika jutaan umat melakukan wukuf.
Penulis, berdasarkan hikmah dan fadilat shalat berjamaah tersebut, mengkomunikasikan beberapa pesan Rasulullah SAW tentang hal ini:
a. Ma’mum yang masbuk ketika shalat berjamaah, setelah imam mengucapkan salam, dapat melanjutkan shalat mereka secara berjamaah pula. Syaratnya, mereka berdekatan di shaf yang sama. Caranya, salah seorang bergerak sedikit ke depan sebagai imam. Cara lain, jamaah yang mundur sedikit dan menempatkan posisi sebagai ma’mum.
b. Jamaah yang tiba di masjid/mushala ketika shalat berjamaah sudah selesai, bisa berma’mum ke siapa saja yang sedang shalat. Tidak usah pikirkan, apakah orang itu shalat sunat atau wajib.
c. Anda yang sudah shalat, sebaiknya ikut berma’mum dengan mereka yang sedang shalat. Dampak positifnya, anda memeroleh pahala shalat berjamaah.
d. Anda dapat membantu orang yang shalat sendirian untuk peroleh pahala berjamaah dengan menjadi ma’mumnya sekalipun sudah shalat.
Simpulan:
1. Hikmah dan fadilat shalat berjamaah, antara lain, mendatangkan kesejahteraan batin dan keselamatan umat Islam, baik secara individual maupun jamai.
2. Shalat berjamaah, secara sosiologis, merupakan ”entry point” untuk membangun persatuan dan kesatuan umat Islam, baik secara imaniah maupun fisik operasional.
Marilah mulai malam ini, setiap insan ASN, pejabat eksekutif, legislatif, yudikatif, BUMN/BUMD, dan rakyat biasa membangun budaya ”corporate” modern. Salah satu metodenya, dayagunakan semangat shalat berjamaah. Dampak positifnya, kinerja setiap orang dan institusi, optimal. Dampak positif lanjutannya, medali taqwa dapat diperoleh pada 1 Syawal nanti. In syaa Allah. !!! (Depok, 7 Maret 2025).