Shaum dan Ibadah Rosulullah SAW (3) Ifhtar Rosulullah SAW

March 3, 2025

SHAUM DAN IBADAH RAMADHAN RASULULLAH SAW (3):
IFTHAR RASULULLAH SAW

Abdullah Hehamahua

 

Alhamdulillah, tiada henti-hentinya kita bersyukur ke Allah SWT. Sebab, hanya dengan nikmat iman, Islam, dan kesehatan yang dianugerahkan-Nya, kita bisa bertemu kembali pada hari ketiga shaum Ramadhan tahun ini.
Semoga, mayoritas kita menikmati sahurnya kemarin sekitar pukul 04.15, kemudian langsung shalat subuh berjamaah, di mushallah atau masjid.
Dampak positifnya, bertambah lagi satu lingkaran dari bulatan kehidupan kita dalam Ramadhan tahun ini. Sebab, hanya imam Syafei yang mengatakan, shalat di masjid/mushalla bagi laki-laki merupakan sunnah mu’akad (sunah yang mendekati wajib). Tiga imam mazhab lainnya berpendapat, wajib bagi laki-laki shalat di masjid/mushalla.

Penulis, dengan pemikiran, pemahaman, penghayatan dan perilaku seperti itulah, malam ini, mengkomunikasikan “Shaum dan Ibadah Ramadhan Rasulullah SAW,” seri ketiga dengan subtema: Ifthar Rasulullah SAW

Salah satu kelebihan ajaran Islam dibanding agama lain adalah syariatnya disesuaikan dengan fitrah manusia. Sebab, orang Yahudi dan Nasrani misalnya, kalau berpuasa, tidak digalakkan untuk sahur. Mereka pun buka puasa ketika sudah kelihatan bintang di langit. Bahkan, ada yang harus puasa selama 24 jam. Cara seperti ini bertentangan dengan fitrah manusia.
Islam menetapkan, shaum dimulai dari terbit fajar dan diakhiri pada waktu maghrib. Sebab, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Manusia senantiasa berada dalam kebaikan, selama mereka bersegera berbuka.” (HR. Al-Bukhari).

Penulis dan pembaca sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW, harus melaksanakan sunnahnya, antara lain, menyegerakan ifthar (berbuka puasa). Cara ini sekaligus membedakan puasa orang Islam dengan penganut Yahudi dan Nasrani. Sebab, Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa: “Agama ini akan senantiasa menang selama manusia menyegerakan berbuka, karena orang-orang Yahudi dan Nasrani mengakhirkannya.”

Hadis lain sebagaimana diriwayatkan Abu Dardah bahwa: “Tiga perkara yang merupakan akhlak para nabi: menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahur, dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dalam shalat”
Rasulullah SAW, setelah berbuka, langsung menuju masjid untuk melaksanakan shalat maghrib. Sebab, waktu maghrib sangat terbatas, hanya kurang lebih sejam

Berbuka Dengan Apa ?
Kebiasaan masyarakat tradisional, khususnya di kota-kota besar, ifthar (buka puasa) merupakan pesta di setiap rumah orang Islam. Minuman yang dihidangkan terdiri dari air putih, air merah, air kuning dan air berwarnah lainnya.
Lauknya terdiri dari ikan yang digoreng, gulai, dan asam pedas. Ditambah lagi dengan ayam yang digoreng, dibakar, dan disemur. Sayurnya ada kangkung tumis, capcai, serta tempe dan tahu goreng. Dilengkapi buah, mulai dari mangga, melon, jambu sampai dengan apel.
Maknanya, buka puasa dianggap sebagai proses pembalasan dendam atas lapar dan haus selama kurang lebih 14 jam puasa. Tidak heran, selesai ifthar, semua berlomba menuju WC. Dampak negatifnya, mereka tidak pergi shalat berjamaah di masjid ataupun mushalla.
Bagaimana makanan buka Rasulullah SAW.? Baginda berbuka dengan korma yang berjumlah ganji, tiga atau lima butir. Jika, tidak ada korma, beliau hanya buka dengan air. Inilah manifestasi dari kesempurnaan kasih sayang dan empati beliau terhadap umatnya.
Hal ini disebutkan sendiri oleh Allah SWT: ”Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan olehmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (Q.S. At Taubah: 128).
Pakar gizi menyebutkan, perut yang kosong akan cepat mengalami pemulihan jika diisi dengan makanan yang manis. Sebab, ia cepat meresap ke dalam darah manusia, selain ia berfungsi untuk membangkitkan selera. Olehnya, atlit selalu minum air manis dalam jumlah yang banyak untuk memulihkan tenaganya.
Pakar gizi juga menyebutkan, minum air putih, selain menghilangkan rasa dahaga, juga berfungsi untuk memulihkan proses metabolisme dalam tubuh yang memang secara fitrah memerlukan banyak cairan. Itulah sebabnya, Rasulullah SAW berbuka dengan air zam-zam dan kurma.

Bacaan Ketika Berbuka
Disunnahkan, setiap memulai pekerjaan yang baik, didahului dengan bacaan basmalah. Rasulullah SAW dalam kontek makan, mengajarkan doa khusus, baik sebelum maupun sesudah makan. Khusus dalam prosesi ifthar, ada dua jenis doa, yakni:
1. Hadits riwayat Abu Daud:
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Dzahabadh dhoma-u wabtalatil uruqu wa tsabatal ajru in syaa Allah (Telah hilang rasa haus dan urat-urat telah basah serta pahala akan tetap in syaa Allah).
2. Riwayat Bukhari dan Muslim
اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

Allaahumma lakasumtu wabika aamantu wa’alaa rizqika afthortu birahmatika yaa arhamar-roohimiina (Ya Allah karena-Mu aku berpuasa, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah dan dengan rezeki-Mu aku berbuka (puasa), dengan rahmat-Mu, Ya Allah yang Tuhan Maha Pengasih).
Doa berbuka ini sangat penting. Sebab, momen berbuka adalah salah satu waktu yang ditetapkan sebagai paling mustajab untuk menyampaikan doa ke Allah SWT. Ini karena Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa: ”Tiga golongan orang yang tidak akan ditolak do’anya: orang yang puasa ketika berbuka, Imam yang adil dan do’anya orang yang dizalimi”

Simpulan:
1. Menyegarakan ifthar (berbuka) adalah sunnah Rasulullah SAW. Maknanya, jika kita berbuka tepat waktu, ia merupakan manifestasi dari kecintaan kita terhadap Rasulullah SAW. Bukan karena kita mau cepat menghilangkan lapar dan haus yang dijalani selama kurang lebih 14 jam.
2. Mencintai Rasulullah SAW, berarti mengikuti seoptimal mungkin perilaku beliau. Minimal, tertanam sikap empati kita terhadap fakir miskin. Aplikasinya, kita tidak berbuka seperti golongan tradisional yang menyediakan semua jenis makanan di atas meja pada waktu iftar. Dampak positifnya, kita memeroleh dua kegembiraan, seperti sabda. Rasulullah SAW : ”Tersedia dua kegembiraan bagi orang yang berpuasa. Kegembiraan sewaktu berbuka dan kegembiraan sewaktu bertemu Rabb-nya.”
3. Berdoalah dengan khusyuk ketika ifthar. Sebab, salah satu golongan yang doanya tidak ditolak oleh Allah SWT adalah mereka yang bershaum dengan ikhlas.
Marilah, mulai hari ini, kita belajar menjadi orang modern dengan membatalkan shaum hanya dengan minum air putih dan tiga butir kurma. Lalu, kita teruskan dengan shalat maghrib berjamaah di masjid/mushalla. In syaa Allah !!! (Depok, 2 Maret 2025).