SHAUM DAN IBADAH RAMADHAN RASULULLAH SAW (1):
KETAATAN RASULULLAH DAN PARA SAHABAT
Abdullah Hehamahua
Alhamdulillah, salah satu doa kita pada akhir Ramadhan tahun lalu, dikabulkan Allah SWT. Sebab, malam ini, kita dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan bersama nikmat iman, Islam dan nikmat sehat.
Penulis, sebagai salah satu bentuk kesyukuran atas nikmat-nikmat tersebut, mengkomunikasikan amalan shaum yang dilakukan Rasulullah SAW dan segala aktivitasnya selama Ramadhan.
Penulis, dengan pemikiran, pemahaman, penghayatan dan perilaku seperti itulah, malam ini mengkomunikasikan Shaum dan Ibadah Ramadhan Rasulullah SAW, seri ke-1: Ketaatan Rasulullah SAW dan Para Sahabat
Salah satu bentuk ketaatan Rasulullah dan para sahabat terhadap perintah Allah SWT, bisa dilihat dari sikap mereka ketika turun perintah shaum Ramadhan.
Perintah shaum “Wahai orang-orang beriman, diperintahkan kepada kalian melaksanakan shaum sebagaimana diperintahkan kepada orang-orang sebelumnya agar kalian menjadi taqwa (QS Al Baqarah: 183) diterima baginda Rasulullah SAW pada malam hari. Waktu itu, bulan Ramadhan sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 185.
Baginda ketika menyampaikan wahyu tersebut ke para sahabat di kota Madinah, mereka langsung melaksanakannya tanpa bertanya, apalagi protes. Bahkan, ada sahabat yang baru mengetahui perintah tersebut pagi harinya, langsung tidak makan dan minum sampai waktu maghrib.
Sikap para sahabat seperti inilah yang digambarkan dalam Al-Qur’an dengan istilah: sami’na wa atha’na (kami dengar dan kami laksanakan). Tidak seperti sikap sahabat-sahabat Nabi Musa yang ketika disampaikan perintah Allah, dijawab dengan kata-kata: sami’na wa asyaina (kami dengar tetapi kami tidak melaksanakannya).
Sikap para sahabat Rasulullah SAW seperti tersebut di atas, disebabkan karena empat hal, yakni:
1. Perintah shaum Ramadhan ditujukan ke pribadi yang beriman, bukan sekadar orang Islam, apalagi cuma Islam KTP.
2. Beriman, menurut rukun Iman adalah: Percaya kepada Allah SWT; Malaikat, Para Rasul; Kitab-Kitab Wahyu; Hari Kiamat; dan adanya Taqdir.
3. Beriman kepada Allah adalah suatu keyakinan mutlak terhadap eksistensi Zat yang tidak bisa : dilihat dengan mata kepala, disentuh dengan tangan, dirasa dengan lidah, dicium baunya dengan hidung dan didengar suaranya dengan telinga.
Hanya perpaduan di antara akal yang sehat dan qalbu yang fitri dalam bungkusan hidayah-Nya, seseorang bisa mengimani Allah SWT sekaligus beriman terhadap hal-hal yang ghaib.
Itulah sebabnya, paman baginda, Abu Thalib yang membesarkan dan melindungi baginda dari gangguan kaum kafir Quraisy, sampai meninggal dunia, tidak mengucapkan dua kalimah syahadah. Padahal, Rasulullah SAW sudah meminta beliau untuk beriman.
4. Baginda, sebelum dilantik menjadi Nabi dan Rasul, beliau digelar masyarakat Makah sebagai al amin (orang yang dipercaya). Konsekwensi logisnya, apa yang diperintahkan baginda, baik berupa hadis maupun wahyu Allah SWT, langsung dipercaya dan dilaksanakan oleh para sahabat.
Apalagi Allah SWT sendiri yang memproklamirkan bahwa, ”dalam diri Rasulullah ada teladan yang baik,” sebagaimana disebutkan dalam Surah Al Ahzab, ayat 21.
Simpulannya:
1. Melaksanakan shaum Ramadhan adalah salah satu manifestasi dari keimanan tanpa reserve terhadap Allah SWT. Olehnya, masih ada beberapa jam sebelum sahur untuk kita koreksi kualitas keimanan kita detik ini juga.
Dampak positifnya, menjelang ifthar (buka puasa) besok petang nanti dan 29 hari berikutnya, kita betul-betul tergolong orang yang beriman. Sebab, hanya orang beriman yang diundang Allah SWT untuk melaksanakan ibadah shaum Ramadhan ini.
2. Shaum yang benar dan diterima Allah SWT adalah shaum yang mengikuti tata cara shaumnya baginda Rasulullah SAW. Berarti, segala ibadah dan aktivitas sehari-hari Rasulullah SAW dalam bulan Ramadhan juga harus menjadi acuan kita.
Konsekwensi logisnya, kita harus menjejaki Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menaati setiap perintah Allah SWT. Konsekwensi logis lanjutannya, setiap orang bisa mencapai medali taqwa pada 1 Syawal nanti, in syaa Allah. (Depok, 28 Februari 2025).