SHAUM DAN IBADAH RAMADHAN RASULULLAH (10):
AL-QUR’AN SEBAGAI PENYEJUK, HAKIM & PELIPUR HATI
Abdullah Hehamahua
Alhamdulillah, tiada hentinya lidah kita memuji dan memuja Allah SWT atas segala nikmat, baik berupa iman, Islam, kesehatan maupun keluangan waktu. Itulah sebabnya, kita bisa berjumpa lagi dalam rubrik ini: Shaum dan Ibadah Ramadhan Rasulullah, seri ke-10.
Harapanku, kemarin malam, ada di antara kita yang sudah mulai tadarus Al-Qur’an, setidaknya sebanyak 1 ’ain, atau satu surah. Syukur-syukur, ada yang bisa menamatkan satu juzuk.
Lalu, sehabis sahur kemarin malam, sambil menunggu waktu subuh, ada yang membaca terjemahan ayat-ayat yang dibaca sebelum tidur sehingga secara bertahap, menerapkan pola hidup ala ”snow ball.” Dampak positifnya, pemahaman kita terhadap peranan Al-Qur’an, semakin meningkat.
Penulis, dengan pemikiran, pemahaman, penghayatan dan perilaku seperti itulah, malam ini, mengkomunikasikan subtema: Al-Qur’an sebagai Penyejuk, Hakim, dan Pelipur Hati.
Al-Qur’an sebagai Penyejuk Hati
Kita sering saksikan dalam acara konferensi, kongres atau muktamar ormas atau orpol Islam, bergaduh sesama utusan. Suasana sering hangat bahkan nyaris menjadi petaka ketika memasuki pengesahan masalah-masalah ideologis atau pemilihan pimpinan baru.
Bahkan, terkadang, pertengkaran, tidak hanya dalam bentuk adu mulut, silat lidah dan adu argumentasi, tetapi juga terjadi lemparan kursi. Al-Qur’an, dalam suasana genting seperti demikian, muncul sebagai juru selamat:
Pimpinan sidang, dalam menghadapi situasi seperti dijelaskan di atas, akan mengundang seorang peserta untuk membacakan beberapa ayat Al-Qur’an. Tetiba, suasana menjadi hening. Semua peserta tertegun. Mereka diam di tempat masing-masing.
Semua mata melotot ke arah qari’ yang sedang melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an. Hadirin khusyuk mendengarkan bacaan ayat-ayat Allah SWT tersebut.
Ada di antara peserta yang meneteskan air mata. Mayoritas peserta membisu seribu bahasa. Masyaa Allah. !!! Itulah kedahsyatan ayat-ayat Al-Qur’an. Wajar jika Allah SWT berfirman:
”Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama Allah, gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal.” (QS Al Anfaal: 2).
Al-Qur’an dalam kontek ini berperan sebagai ”Penyejuk Hati” bagi orang yang sedang marah atau emosional.
Al-Qur’an sebagai Hakim
Pimpinan Sidang kongres atau muktamar, selesai pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an, membuka kembali rapat. Beliau menawarkan penyelesaian masalah yang diperdebatkan dengan merujuk ayat-ayat al-Qur’an yang dibaca oleh qari’ tadi. Sebab, qari’ biasa membaca ayat Al-Qur’an yang berbunyi:
”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. An Nisaa: 59).
Peserta kongres atau muktamar yang beriman, lazimnya akan mencapai solusi atas persoalan yang diperdebatkan setelah mendengar bacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Maknanya, Al-Qur’an dalam kontek ini berperan sebagai Hakim.
Al-Qur’an sebagai Penawar
Orang bunuh diri, baik dengan cara minum racun atau menggantung diri, lazimnya karena frustrasi. Penyebabnya, ada yang karena putus cinta, suami atau isteri selingkuh, terkena PHK, dililit utang, bisnis bangkrut, atau musibah lainnya.
Ada pula yang mencari jalan penyelesaian dengan ke night club, melampiaskan kekesalan dengan wanita penghibur, minuman keras atau narkoba. Bahkan, ada pula dengan cara menonton bioskop atau pagelaran musik, khususnya musik pop dan dangdut.
Orang beriman tidak akan menempuh cara seperti itu. Bagi orang beriman, hati gelisah, fikiran galau, dan apa saja permasalahan, dapat diselesaikan dengan pendekatan Qur’ani.
Mereka, antara lain, mengambil wuduk, dibukanya Al-Qur’an, lalu dibaca beberapa ayat. Jika tidak mahir membaca Al-Qur’an, langsung dibaca terjemahan. Dia akan mengerti langsung, maksud ayat-ayat yang dibaca.
Ada pula yang memutar kaset ngaji, dan mendengar lantunan ayat-ayat Al-Qur’an. Hatinya menjadi tenang. Jantungnya mulai berdetak normal. Paru-parunya pun kembali memompa darah secara teratur. Lalu…, dia tertidur. Dia ketika bangun, sudah berada dalam keadaan tenang. Kegalauan fikiran dan hatinya pupus. Dia kini memeroleh motivasi baru.
Ada pula yang ketika mendengar alunan ayat-ayat Al-Qur’an atau sewaktu membaca beberapa terjemahannya, muncul kesadaran baru. Estrogen mengalir deras ke otaknya. Adrenalin pun mengalir ke seluruh anggota tubuhnya.
Kini, dia menjadi manusia baru: penuh vitalitas, dinamika, serta percaya diri. Itulah kehebatan Al-Qur’an sebagai obat, ”asy-syifa,” yaitu sebagai penawar bagi semua jenis penyakit hati manusia.
Simpulan
1. Mengimani Al-Qur’an sebagai Penyejuk Hati, berarti kita yakin Al-Qur’an juga berperan dalam mengatasi pelbagai kegalauan hati dan kekusutan fikiran.
Kita, dalam konteks ini, perlu belajar dari anak balita di mana ketika kembali dari rumah sakit, dia sudah sembuh sebelum meminum obat yang diberikan dokter. Sebab, sang anak tau, dokter biasa menyembuhkan orang sakit.
2. Mengimani Al-Qur’an sebagai Hakim, percekcokan apa pun di antara suami – isteri, dapat terleraikan dengan merujuk Al-Qur’an sebagai Pemutus perselisihan.
Perebutan pengaruh atau kekuasaan dalam ormas, orpol, atau yayasan, tidak perlu sampai ke meja hijau. Sebab, Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai Hakim Yang Paling Adil.
3. Mengimani Al-Qur’an sebagai Penawar, berarti, jika terkena mutasi, PHK, bisnis bangkrut, putus cinta dan semua gejolak hidup, dikembalikan ke Allah SWT. Konsekwensi logisnya, Al-Qur’an dijadikan sebagai Penawar terhadap semua kegalauan hati, kekisruhan pemikiran, dan kebuntuan akal.
Marilah, mulai malam ini, anda, saya, kita semua, bergaul akrab dengan Al-Qur’an. Dampak positifnya, apa pun masalah pribadi, keluarga, ormas, orpol, yayasan, bahkan negara dapat terselesaikan secara qur’ani. Dampak positif lanjutannya, medali taqwa sebagai target shaum ramadhan, dapat diraih pada 1 Syawal nanti. In syaa Allah. !!! (Depok, 9 Maret 2025).