Nasab PKI Vs Nasab Pejuang

June 29, 2025

Nasab PKI Vs Nasab Pejuang

Oleh: Ridwan Umar
(Direktur Lentera Keadilan Indonesia – LAKI)

Dalam ajaran Islam, tidak disebutkan secara eksplisit bahwa nasab otomatis pengaruhi perilaku seseorang. Al Quran menekankan pada ketakwaan, keimanan dan amal shaleh agar seseorang menjadi mulia. Karena itu, para Nabi dan Rasul memberi teladan untuk berdoa kepada Allah SWT agar dianugerahi keturunan yang shaleh. Seperti Nabi Ibrahim AS berdoa “Wahai Rabb-ku, berilah aku keturunan yang shalih” (QS. Ash Shaffat,Ayat 100).

Untuk mencetak manusia mulia, maka Islam memberikan tuntunan, dimana peran keluarga menjadi sangat penting. Apa yang dilakukan anak adalah meniru orang terdekatnya (ayah dan ibu). Maka, Rasulullah Muhammad SAW bersabda. “Siapa saja yang mengatakan kepada anak kecil. ‘kemarilah aku beri sesuatu’ Namun dia tidak memberinya, maka itu adalah suatu kedustaan” (HR Ahmad).

Seseorang bisa menjadi mulia atau sebaliknya, menjadi pendusta, zalim, sombong dan berperilaku buruk, maka disitu ada andil keluarga atau orang terdekat yang membimbing dan memberi contoh semasa kecil.
Lantas, bagaimana jika hal tersebut dikaitkan dengan perilaku pemimpin negeri ini?

Jokowi Nasab PKI?

Dalam buku ‘Jokowi Undercover”, penulis Bambang Tri menyebut Jokowi keturunan PKI (Partai Komunis Indonesia). Hal itu diperkuat dengan pernyataan sesepuh Solo, Usman Amirodin dalam tayangan youtube di channel Balige Academi. Usman secara jelas menyebut bahwa kedua orang tua Jokowi itu kader PKI, bahkan ibunya seorang aktivis Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) yang merupakan underbow PKI. Meski Jokowi yang lahir tahun 1961 bukan PKI, namun Usman yakin jika ideologi Jokowi adalah PKI.

Namun, hal itu sudah pernah dibantah pihak Jokowi. Pertanyaannya, mengapa dibantah? Tentu karena Jokowi menganggap bahwa PKI itu adalah organisasi yang bertentangan dengan Pancasila dan sudah pasti menjadi musuh bangsa ini. Bukti sejarah menunjukkan. Betapa PKI telah membantai para ulama dan TNI, baik dalam peristiwa Madiun 1948 maupun G30 S PKI dan lainnya.

Tentu beda, jika Jokowi disebut keturunan Kyai dari NU (Nahdlatul Ulama) atau keturunan Ulama Muhammadiyah atau organisasi Islam lainnya. Tentu dengan senang hati Jokowi akan membenarkan. Bahkan saat ada yang menyebut Jokowi memenuhi syarat menjadi nabi (Nauzubillahiminzalik), Jokowi tak bereaksi.

Namun, dari sikap dan perilaku Jokowi, baik semasa menjadi Presiden maupun setelahnya, tentu publik bisa menilai apakah benar Jokowi itu lahir dan besar dari lingkungan PKI atau tidak? Faktanya, Jokowi dikenal suka bohong, mulai dari mobil esemka, penciptaan 10 juta lapangan kerja, anak-anaknya tak akan terjun politik dan lainnya hingga BEM UI (Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia) menyematkan Jokowi sebagai The King Of Lip Service (Raja Bohong), Jokowi pun menjadi nominasi pemimpin terkorup oleh OCCRP (Organized Crime and Corruption Reporting Project)

Bahkan, catatan hitam Jokowi sebagai pelanggar HAM (Hak Asasi Manusia) juga terlihat dari perlakuannya terhadap para aktivis dan ulama yang dianggap lawan dipenjara. Tercatat korban kriminalisasi Jokowi, seperti Syahganda Nainggolan, Jumhur Hidayat, Habib Rizieq, Munarman, Bambang Tri, Gus Nur dan lainnya hingga pembunuhan 6 laskar FPI. Belum lagi sejumlah kasus lainnya, seperti kasus Rempang, kasus 22 Mei pasca Pilpres 2019, kasus Kanjuruhan dan sejumlah kasus megakorupsi yang terungkap di era Prabowo saat ini. Adapun kasus yang diduga melibatkan Jokowi dan keluarganya (KKN), sudah dilaporkan aktivis ‘98’ Ubedillah Badrun ke KPK, namun belum diproses. Begitupun kasus dugaan ijazah palsu Jokowi yang belum tuntas.

Untuk kasus kriminalisasi ulama dan dugaan pembunuhan 6 Laskar FPI mengingatkan publik pada kekejaman PKI masa lalu.

Belum lagi soal dugaan rekayasa hukum untuk Gibran anaknya bisa menduduki kursi Wapres. Soal Gubran sendiri, publik masih meyakini jika Gibran pemilik akun Fufufafa di Kaskus yang menghina Prabowo.

Dari fakta itu semua, maka publik bisa menilai apakah benar Jokowi lahir dan dibesarkan dari keluarga PKI?

Nasab Pejuang

Terlepas dari pro kontra soal karakter mantan pemimpin negeri lainnya. Secara umum bisa kita saksikan bagaimana gaya memimpin mereka yang lahir dari keluarga pejuang.

Gus Dur adalah cucu dari pendiri NU yang juga pejuang, KH. Hasyim Asy’ari. Dia dikenal sangat demokratis dan tak satupun pengkritiknya yang dibungkam atau dpenjarakan. Bahkan, demi kemaslahatan bangsa, Gus Dur tak memberi perlawanan pasca lengser dari tampuk kekuasaan, meski jutaan pendukungnya siap membela.

Begitupun dengan Megawati, selalu bersikap ksatria dan menghindari pelanggaran konstitusi, seperti saat Mega menolak Jokowi tiga periode dan perpanjangan masa jabatan. Selain itu, Mega tak memanfaatkan jabatan Presiden untuk mengerahkan aparat agar mendukungnya saat Pilpres 2004. Diapun tak memaksakan sang anak Puan Maharani untuk merebut tahta Presiden maupun Wapres, meski Puan sudah memiliki pengalaman cukup baik di legislatif maupun eksekutif.

Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), cucu dari tokoh militer pembasmi PKI, Sarwo Edhie Wibowo. AHY mantan militer yang dikenal intetelek seperti sang ayah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berusaha menjaga etika dan demokrasi. AHY tak memanfaatkan posisi sang ayah saat menjabat Presiden untuk merebut tahta tertinggi di negeri ini.

Anies Rasyid Baswedan merupakan cucu dari pahlawan nasional Abdurrahman Baswedan. Anies dikenal sosok cerdas dan menjaga etika dan integritas. Meski, sempat difitnah dan akan dipenjarakan terkait kasus Formula E oleh rezim Jokowi, namun mantan Gubernur DKI bisa lolos karena memang tak ada bukti. Selama menjadi Gubernur DKI dan menjabat Menteri Pendidikan, Anies menghormati para pengkritiknya dan tetap konsisten menjaga integritas, etika dan adab.

Prabowo adalah putera dari Soemitro Djodjohadikusumo, begawan ekonomi yang juga eks Menteri Perekonomian dan Menteri Riset dan Tekhnologi. Prabowo eks Danjen Kopassus hingga kini berusaha menjaga etika dan demokrasi. Tekadnya untuk berantas korupsi dinilai belum maksimal, lantaran masih dikelilingi ‘orang bermasalah’ termasuk para pembantu dan Wapresnya yang dianggap anak haram konstitusi.
Wallahu alam bissawab.

(tulisan ini digali dari beragam sumber)