Manusia Tidak Boleh Sombong Hanya Allah Yang Berhak Sombong (2)

December 3, 2025

MANUSIA TIDAK BOLEH SOMBONG

HANYA ALLAH SWT YANG BERHAK SOMBONG (2)**
Abdullah Hehamahua

Manusia, betapapun kuat dan mandirinya, pada hakikatnya adalah makhluk lemah. Hampir seluruh kegiatan rutin kita lakukan sendiri: mandi sendiri, makan sendiri, bahkan buang hajat pun dilakukan tanpa bantuan orang lain. Namun, ketika terbaring lemah di rumah sakit, semua kemandirian itu hilang. Isterilah yang mencuci, membersihkan, dan menyuapi makanan—pagi, siang, dan malam.

Dalam keadaan normal, sebagaimana pesan Nabi Muhammad SAW, suami-istri bahkan dianjurkan untuk tidak saling melihat aurat ketika berhubungan intim; keduanya hendaknya berada dalam satu selimut. Tetapi ketika sakit, batas-batas itu hilang. Isteri dapat melihat langsung aurat suaminya saat ia membersihkan tubuhnya. Ketika istri pulang untuk beristirahat, anak-anaklah yang bergantian merawat.

Lalu, apa yang layak kita sombongkan?
Sungguh, tidak ada.
Hanya Allah SWT yang berhak sombong. Dialah Maha Perencana, Maha Pencipta, Maha Pemilik, Maha Penguasa, Maha Pengatur, Maha Pengawas, dan Maha Pemutus segala urusan makhluk-Nya.


Fir’aun yang Sombong

Fir’aun bukan hanya raja Mesir yang berkuasa mutlak. Ia bahkan melantik dirinya sebagai “tuhan”. Kepada perdana menterinya, Haman, ia memerintahkan pembangunan sebuah menara tinggi untuk melihat “istananya Tuhan Musa” di langit.

Karena kesombongannya, Fir’aun tidak ingin ada siapa pun yang dianggap sebagai saingannya. Ia memerintahkan aparatnya untuk membunuh setiap bayi lelaki yang lahir di Mesir. Namun, Allah SWT memperlihatkan kekuasaan-Nya. Bayi Musa justru dipelihara oleh Asiyah, istri Fir’aun sendiri, tepat di dalam istananya.

“(Yaitu) letakkanlah dia (Musa) di dalam peti, kemudian hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Maka biarlah arus sungai itu membawanya ke tepi. Dia akan diambil oleh (Fir’aun), musuh-Ku dan musuhnya…”
(QS Thaha: 39)

Ayat ini menegaskan bahwa makar manusia tidak akan pernah mengalahkan makar Allah SWT.
Fir’aun membuat tipu daya untuk membunuh Musa, tetapi Allah menjadikan bayi Musa tumbuh besar di jantung kekuasaan Fir’aun sendiri.

“Mereka membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
(QS Ali Imran: 54)


Fir’aun Ditenggelamkan oleh Allah SWT

Ketika Musa dan para pengikutnya meninggalkan Mesir, Fir’aun dengan kesombongannya mengejar hingga ke tepi Laut Merah. Musa pasrah sepenuhnya kepada kekuasaan Allah SWT.

“…apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”
(QS Ali Imran: 159)

Lalu Musa memukul laut dengan tongkatnya; laut itu terbelah dan membentuk jalan bagi Bani Israil. Ketika Musa dan pengikutnya telah sampai di seberang, laut itu kembali menutup. Fir’aun dan bala tentaranya tenggelam, namun Allah menyelamatkan jenazah Fir’aun sebagai tanda bagi manusia sepanjang masa.

“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu…”
(QS Yunus: 92)

Jenazah Fir’aun kini dapat disaksikan di Museum Kairo, Mesir—sebuah bukti bahwa kesombongan akan menghancurkan siapa pun, sekuat apa pun kekuasaan yang dimilikinya.


Pelajaran bagi Bangsa Indonesia

Bangsa kita pun pernah memiliki “Fir’aun-Fir’aun kecil” versi modern.
Soekarno pernah melantik dirinya sebagai Presiden seumur hidup—namun akhirnya wafat dalam status tahanan rumah.
Soeharto memimpin selama 32 tahun sebagai “Bapak Pembangunan”—namun di akhir hayatnya berstatus terdakwa.
Jokowi pun pernah didorong menjadi presiden tiga periode dan dinilai oleh OCCRP sebagai salah satu tokoh dengan dugaan korupsi terbesar di dunia.

Semua contoh ini menegaskan satu hal: kesombongan manusia, apa pun bentuknya, pasti berakhir hina.


Simpulan

Saya, Anda, dan seluruh makhluk tidak memiliki alasan untuk sombong.
Kita lemah, terbatas, dan sepenuhnya bergantung kepada Allah SWT.
Hanya Allah SWT yang berhak sombong.

(Bersambung. Depok, 3 Desember 2025)