MANUSIA TIDAK BOLEH SOMBONG
HANYA ALLAH SWT YANG BERHAK SOMBONG (3)
Abdullah Hehamahua
saya bangga ketika dilantik sebagai Wakil Ketua Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) periode 2001–2004 oleh Presiden Gus Dur di Istana Negara. Ada rasa sombong, sebab dari ratusan calon, saya termasuk yang lolos seleksi. Namun ketika terbaring lemah di rumah sakit, saya sadar: jabatan itu hanyalah rahmat dan iradah Allah SWT.
Saya pun bangga ketika dipercaya menjadi Penasihat KPK selama delapan tahun (2005–2013). Dari ratusan calon, hanya dua yang terpilih, dan saya salah satunya. Namun lagi-lagi, di atas pembaringan rumah sakit, saya tersadar bahwa jabatan itu bukanlah kehebatan saya, melainkan karunia Allah.
Ibadah, Harapan, dan Kesombongan yang Tersembunyi
Saya bangga dengan ibadah ubudiah yang biasa saya lakukan. Puluhan tahun saya membiasakan shaum Nabi Daud, berharap dapat masuk surga melalui pintu shaum. Saya hampir tak pernah meninggalkan tahajjud dan witir, berharap bisa masuk melalui pintu ibadah malam.
Saya rutin membaca Al-Qur’an satu hingga dua halaman setelah shalat lima waktu ketika berada di rumah, berharap lantunan itu menemani saya di alam kubur.
Saya sering membantu orang yang membutuhkan secara finansial, berharap kedermawanan menjadi jalan saya menuju surga.
Saya pun bangga karena berkali-kali masuk keluar tahanan dan penjara dalam perjuangan melawan ketidakadilan dan kezaliman penguasa. Bahkan di usia 73 tahun, saya masih memimpin unjuk rasa di Mahkamah Konstitusi terkait putusan KPU atas hasil Pilpres 2019.
Namun…
Astagfirullah! Ketika sakit, saya teringat satu hadits Rasulullah SAW tentang tiga golongan pertama yang masuk neraka—dan saya sadar bahwa saya termasuk dalam tiga golongan tersebut.
Tiga Golongan Pertama yang Masuk Neraka
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah bersabda:
- Orang yang mati syahid. Ia mengira berjuang karena Allah, tetapi niatnya agar disebut sebagai pemberani. Maka ia diseret dan dilemparkan ke neraka.
- Orang alim dan pembaca Al-Qur’an. Ia belajar agama dan membaca Qur’an bukan karena Allah, tetapi agar disebut alim dan qari’. Maka ia pun diseret ke neraka.
- Orang kaya yang dermawan. Ia menginfakkan hartanya agar disebut dermawan, bukan karena Allah. Maka ia pun diseret dan dimasukkan ke dalam neraka.
Hadits ini mengguncang hati. Segala amal, sekecil atau sebesar apa pun, hanya diterima bila diniatkan murni untuk Allah.
Manusia Tidak Boleh Sombong
Hadits di atas menegaskan bahwa semua ibadah dan amal seorang hamba hanya untuk mengharap ridha Allah. Kita pun selalu membaca dalam setiap shalat:
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS Al-An’am: 162)
Rabi’ah Al-Adawiyah pernah bermunajat:
“Ya Allah, jika surga membuatku jauh dari-Mu, jangan masukkan aku ke dalam surga. Jika neraka membuatku dekat kepada-Mu, maka masukkan aku ke dalam neraka.”
Kesimpulannya: saya, anda, dan seluruh makhluk tidak boleh sombong. Tidak peduli apakah ia pahlawan, ahli ibadah, atau dermawan. Sebab semua status itu hanyalah rahmat dan iradah Allah SWT.
Hanya Allah SWT yang berhak sombong.
Depok, 4 Desember 2025

