Konsep Demokrasi dalam Konteks Indonesia dan Bagaimana Umat Islam Seharusnya Memahami Politik

May 4, 2025

Prof. Chusnul Mariyah, Ph.D: Konsep Demokrasi dalam Konteks Indonesia dan Bagaimana Umat Islam Seharusnya Memahami Politik

Ditulis oleh: Muhaimin Abu Kayyis

Demokrasi seringkali dipahami sebagai sistem politik yang bersifat universal dan final. Namun, melalui pemaparan Prof. Chusnul Mariyah, kita diingatkan bahwa demokrasi bukanlah satu paket tunggal yang bisa diterapkan di semua negara tanpa mempertimbangkan konteks sosial, budaya, dan agama. Dalam konteks Indonesiaโ€”yang plural secara agama, etnis, dan sejarahโ€”konsep demokrasi perlu dimaknai secara kritis dan kontekstual. Chusnul mengajak kita untuk memahami demokrasi bukan sekadar dari aspek prosedural seperti pemilu dan partai politik, melainkan dari nilai-nilai substantif seperti keadilan, kebebasan beragama, dan penghormatan terhadap warisan sejarah Islam di Nusantara.

Salah satu sorotan penting adalah bahwa umat Islam Indonesia harus menyadari akar sejarahnya yang panjang dalam membangun peradabanโ€”melalui kerajaan-kerajaan Islam, pesantren, dan tokoh-tokoh pemikir Islam yang turut memerdekakan bangsa. Namun realitas politik saat ini menunjukkan bahwa partai-partai Islam kerap mendapat stigma negatif, seperti dicap fundamentalis, radikal, atau bahkan intoleran. Padahal, dalam kenyataannya, banyak dari mereka justru memperjuangkan nilai-nilai keadilan, toleransi, dan kesejahteraan sosial melalui pendekatan moral dan etis yang bersumber dari ajaran Islam.

Chusnul Mariyah juga menekankan pentingnya sektor pendidikan dan kesehatan sebagai sarana pembentukan masyarakat yang modern namun tetap berakar pada nilai-nilai Islam. Pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, melainkan pembentukan karakter dan kesadaran politik yang bertanggung jawab. Kurikulum nasional harus mencerminkan semangat keislaman yang damai, inklusif, dan berorientasi pada kesejahteraan umat. Demikian pula dalam sektor kesehatan, Islam tidak boleh dipisahkan dari kebijakan publik yang menyentuh kebutuhan dasar masyarakat.

Tantangan globalisasi juga menjadi isu penting. Umat Islam dituntut untuk mampu bersaing dalam dunia yang terbuka, namun tanpa kehilangan identitas. Globalisasi tidak boleh menjadi alasan untuk mengikis nilai-nilai Islam, melainkan harus dijadikan momentum untuk menunjukkan bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.

Yang paling ditekankan Chusnul adalah bahwa politik Islam harus berlandaskan pada etika dan moralitas. Politik bukan ajang saling menjatuhkan, apalagi sekadar rebutan kekuasaan. Politik Islam adalah jalan untuk memperjuangkan keadilan, menghapus kemiskinan, menjamin pendidikan dan kesehatan, serta menciptakan masyarakat madani. Partai-partai Islam seperti Masyumi, dengan pendekatan yang etis dan konstruktif, diyakini dapat memainkan peran penting dalam masa depan Indonesia jika mampu menjawab tantangan zaman dengan bijak.

Dengan memahami politik melalui kacamata etika Islam dan kesadaran historis, umat Islam tidak hanya menjadi penonton dalam demokrasi, tetapi pelaku utama dalam membangun peradaban yang berkeadilan. Demokrasi tidak harus berarti sekularisasi total; ia bisa menjadi jalan menuju kemaslahatan jika dipandu oleh nilai-nilai Islam yang luhur.

๐—œ๐—ป๐—ป๐—ฎ๐—น๐—ถ๐—น๐—น๐—ฎ๐—ต๐—ถ ๐˜„๐—ฎ ๐—ถ๐—ป๐—ป๐—ฎ ๐—ถ๐—ฎ๐—ถ๐—ต๐—ถ ๐—ฟ๐—ฎ๐—ท๐—ถโ€™๐˜‚๐—ป

๐—œ๐—ป๐—ป๐—ฎ๐—น๐—ถ๐—น๐—น๐—ฎ๐—ต๐—ถ ๐˜„๐—ฎ ๐—ถ๐—ป๐—ป๐—ฎ ๐—ถ๐—ฎ๐—ถ๐—ต๐—ถ ๐—ฟ๐—ฎ๐—ท๐—ถโ€™๐˜‚๐—ป Pimpinan DPP Partai Masyumi dengan seluruh jajaran pengurus ikut berdukacita