Kisah Sjafruddin Prawiranegara, Protes karena Para Menteri Boleh Tak Bayar Pajak Mobil Mewah

March 12, 2023

Partaimasyumi.id – Sjafruddin Prawiranegara adalah menteri keuangan pertama di masa Kebinet Hatta (1946) dan juga Gubernur Bank Indonesia pertama di era yang sama (1 Juli 1953 – 1 Februari 1958).

Salah satu kebijakannya yang banyak diingat sampai sekarang adalah “Gunting Sjafruddin”, yakni menggunting uang kertas demi mengurangi volumen uang yang beredar dan menurunkan harga.

Namun ada satu kisah saat dia duduk sebagai Gubernur BI, yang kala itu menjadi bagian dari manajemen bank sentral, bersama Menteri Keuangan dan Menteri Kemakmuran.

Waktu itu, di masa Kabinet Ali Sastroamidjojo, ada kebijakan bahwa para menteri dikecualikan dari membayar pajak impor untuk mobil mewah. Namun Sjafruddin tegas menolak.

“Saya berpendapat, menteri tidak berada di atas hukum dan harus diperlakukan seperti warga negara lainnya,” katanya saat menuturkan kisahnya, yang termuat dalam buku “Pelaku Berkisah, Ekonomi Indonesia 1950 sampai 1990-an,” terbitan KOMPAS (2005).

Di awal tahun 1950-an, sejarah mencatat memang banyak barang impor masuk ke Indonesia secara ilegal.

Menurut politikus dari Masyumi itu, hal itu merupakan pelanggaran hukum.

“Masalahnya adalah banyak di antara kita tidak memahami hukum. Itulah kesulitan yang utama,” ujar Wakil Perdana Menteri ketiga itu.

Dia dengan tegas menyebut tak ada yang boleh melawan hukum, siapapun itu.

“Saya merasa bahwa warganegara harus tunduk kepada hukum, termasuk presiden,” ujarnya.

Kala itu, menurut Sjafruddin, banyak pejabat tak berani mengeritik Presiden Soekarno yang disebutnya “Presiden adalah hukum itu sendiri.”

Karena sikap kerasnya itu, Sjafruddin kerap berseberangan dengan para menteri, pejabat, bahkan sesama ekonom.

Dia pernah berseberangan dengan Menteri Keuangan Jusuf Wibisono, dengan Mohammad Yamin, Chairul Saleh juga Soemitro Djojohadikusumo yang kemudian dikenal sebagai begawan ekonomi.

Namun terhadap semua yang berseberangan, Sjafruddin menegaskan tidak membenci mereka.

“Saya tidak pernah membenci siapapun. Itu bertentangan dengan prinsip-prinsip agama saya,” katanya.

George McTurnan Kahin, sejarawan asal Amerika Serikat yang banyak meneliti tentang Indonesia, pernah menuliskan kesan tentang Sjafruddin, yang disebutnya salah seorang tokoh yang bersih dari korupsi, dan dikenal sebagai seorang yang jujur, berintegritas, dan terus terang.

Sjafruddin meninggal pada 15 Februari 1989 karena serangan jantung. Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada peringatan Hari Pahlawan, November 2011 silam.

Namanya pun kini disematkan di salah satu gedung di Kementerian Keuangan. [kompas]