Demi Indonesia, Feminisme Politik Suatu Keharusan
Forhati Untuk Indonesia 80 Tahun
Adi Prayitno
Dosen Ilmu Politik FISIP UIN Jakarta
Mantan Koordinator Komsumsi Komisariat HMI Fakultas Ushuludin dan Filsafat UIN Jakarta
Ada diktum lama cukup sahih mengatakan bahwa jika anda bukan anak raja, bukan darah biru, bukan ningrat, maka menulislah. Sebab, menulis adalah cara menyusun keabadian sejati. Banyak sekali orang hebat, pemikir dunia, filusuf dan ilmuan kawakan selalu dikenang zaman sekalipun sudah ribuan tahun tiada.
Karl Max punya karya besar yang tersusun tapi dalam Das Kapital, menjadi rujukan aktivis kiri pembela kaum proletar dan kelompok marjinal melawai sistem ekonomi kapitalis eksploitatif. Max Weber menuturkan epik semangat kapitalisme yang tumbuh dalam nilai-nilai agama dalam maha karya The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism. John Rawls menulis A Theory of Justice soal prinsip elementer masyarakat berkeadilan.
Jasad bisa hancur seiring siklus kehidupan manusia, namun gagasan akan selalu kekal layaknya mercusuar penerang kegelapan. Pemikir besar lainnya macam Sokrates, Plato, Aristoteles, termasuk pemikir besar Islam seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, Ibnu Taimiyah, Al Khawarizmi Ibnu Sina, dan lain sebagainya adalah โmanusia-manusia abadiโ sepanjang masa dengan tulisannya yang mentereng. Dokumentasi fikiran tak pernah lekang ruang dan waktu.
HMI telah begitu banyak melahirkan pemikir besar yang gagasaannya selalu abadi dalam tinta tulisan. Nurcholis Madjid, familiar dipanggil Cak Nur, sosok intelektual fenomenal yang nyaris tak tergantikan. Karya Cak Nur dinukil berbagai kalangan karena dinilai relevan, kontekstual, inklusif dan sesuai dengan perkembangan modernitas.
Nilai Dasar Perjuangan (NDP) yang menjadi materi wajib kader HMI seluruh dunia, ditulis apik dalam Islam, Doktrin, dan Peradaban. Cak Nur cukup fasih menyajikan dialektika Islam dengan ragam denyut nadi globalisasi yang terus bergejolak tanpa henti. Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan adalah buku lain Cak Nur yang sangat kohesif dengan zaman yang terus bergerak dinamis.
Buku kumpulan tulisan dari para peserta lomba menulis essay yang diselenggarakan Forhati adalah sebentuk sesembahan sangat brilian untuk mendokumentasikan sebuah cita-cita tentang peradaban dan Indonesia emas. Semacam mimpi besar tentang progresifitas Indonesia yang kian menua digerogoti usia. Tentu ini langkah positif mengabadikan gagasan tentang Indonesia yang kini berusia 80 tahun dalam berbagai perspektif. Menulis mesti diniatkan melampaui hal-hal yang bersifat kompetitif urusan kalah menang. Sekali lagi, menulis jalan ninja melukiskan keabadian sesungguhnya.
Di era dimana literasi membaca kian digerus perilaku zaman, buku bukan lagi rujukan utama mencari sumber informasi dan ilmu pengetahuan, dengan hadirnya buku kumpulan essay ini tentu saja serupa oase di tengah gurun pasir yang kering kerontang. Bangsa besar adalah bangsa yang selalu memulai kemajuan peradabannya dengan budaya membaca, mencintai ilmu pengetahuan, hingga lahirlah gagasan cerdas inovatif untuk sebuah peradaban lebih maju.
Selama ini, ruang publik pengab dengan diskursus politik maskulin yang dalam banyak hal tanpa hati nurani. Permusuhan politik berkepanjangan hanya karena beda pilihan politik di pemilu elektoral. Maraknya praktik korupsi, praktik intoleransi, intrik politik tidak sehat, praktik kolusi dan nepotisme yang kian vulgar, kehidupan politik anti meritokrasi, adalah bukti tak terbantahkan tentang gelapnya kehidupan sosial politik yang didominasi perilaku maskulin.
Femenisme politik penting sebagai jawaban dari begitu banyak masalah yang ditimbulkan oleh praktik maskulinitas politik berlebihan. Nilai-nilai luhur bangsa yang selalu mengedepankan persatuan, kerja sama semua elemen kalangan, menolak segala bentuk praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mengedepankan budaya demokrasi sehat, anti politik jalan pintas, anti mengutak-atik aturan untuk kepentingan pribadi, akomodasi kelompok minoritas, merupakan contoh nyata politik feminis.
Feminisme politik mesti dimaknai sebagai politik jalan lurus, bukan politik nyerong-nyerong. Politik feminis secara substansi adalah praktik politik tanpa permusuhan dan perpecahan. Sebab, secara prinsip sistem politik tanah air secara alamiah sangat cair, mduah meleleh tanpa bentuk. Hari ini rival, besok bisa berangkulan. Hari ini kawan, di kemudian hari berubah total menjadi lawan. Cukup sudah antagonisme politik tak produktif yang mengakibatkan huru-hara tak berkesudahan. Saatnya semua eksponen bergandengan tangan erat memajukan Indonesia.
Menjadi Forhati hingga saat ini tentu saja bukan perkara mudah. Butuh kesabaran revolusioner tingkat dewa. Jalan yang dilalui pasti sangat licin, berliku, dan mendaki. Tidak semua orang sampai pada tahap ini, banyak berguguran dan mundur teratur di tengah jalan. Dari segi usia, aktivis Forhati adalah mereka yang mayoritas berumur senja, sibuk dengan urusan domestik, berjibaku dengan rutinitas hidup, dan seterunya.
Justeru di usia yang kian senja inilah, semangat terus mengabdi, selalu ingin berkontribusi demi kemajuan bangsa, layak diapresiasi. Dari HMI, lalu Kohati, kemudian Forhati merupakan fase hidup perjuangan tak mudah. Tiga babakan perjuangan yang membutuhkan mental baja. Hanya mereka yang memiliki iman politik kuatlah yang bertahan untuk terus berbakti bagi umat dan bangsa. Dalam studi budaya demokrasi (civic culture), Forhati bisa disebut bagian penting dalam membangun sejarah peradaban bangsa.
Di negara-negara maju yang sudah mapan, salah satu penopang kuat kehidupan sosialnya terletak pada organisasi sosial yang juga solid. Jadi, urusan bernegara bukan hanya domain elit, bukan hanya urusan eksekutif, legislatif, partai politik, dan yudikatif, namun juga menjadi urusan setiap individu yang terorganisir rapi dalam asosiasi-asosiasi kelompok rasional. Kata Robert Putnam, individu yang tergabung dalam organisasi, ada kecenderungan peduli dan terlibat dalam urusan politik kebangsaan. Forhati masuk dalam kategori ini. Yakni, organisasi relijius feminis yang tanpa lelah terus berbakti untuk kemajuan bangsa, umat, dan agama.
Terus berkarya Forhati, rajut terus kolektifitas kader-kader hijau hitam lintas generasi, berjuang tanpa henti, maju terus sekalipun besok hari dunia bakal runtuh. Yakin Usaha Sampai.
Ciputat, 20 September 2025