Amicus Ad Aras” Mr. Prabowo

June 1, 2025

*“Amicus Ad Aras” Mr. Prabowo*

Oleh: Ridwan Umar (Direktur Lentera Keadian Indonesia)

Pada 21 Mei 2019, usai buka puasa dan menunaikan sholat Magrib di sebuah hotel dikawasan Sabang, Jakarta Pusat, saya berkumpul bersama sejumlah tokoh pergerakan atau aktivis senior. Diantara yang hadir, Syahganda Nainggolan, Rijal atau akrab disapa Rijal Kobar (Komando Barisan Rakyat), Jamaluddin Karim (almarhum mantan Ketua Fraksi Partai Bulan Bintang di DPR RI), dan Jumhur Hidayat.

Mereka ngopi sambil ngobrol santai soal kondisi negeri saat itu. Sesekali, tampak kawan-kawan aktivis nimbrung dan kembali ke medan aksi di luar hotel. Tak lama berselang, para aktivis senior di dalam hotel membubarkan diri. Sebagian aktivis senior nimbrung dalam aksi massa di luar hotel, termasuk Rijal Kobar memimpin pasukannya yang ‘bertarung’ dilapangan hingga keesokan hari (22 Mei 2019).

Di luar hotel, aksi menolak Pemilu Curang sudah berlangsung sejak siang hari. Aksi massa itu dihadiri ribuan massa berpusat di sekitar Kantor Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu) di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. Dalam aksi itu, tak hanya emak-emak yang berperan, tapi juga sejumlah ulama. Tak ketinggalan massa Front Pembela Islam (FPI) yang berada di garda depan.

Barikade aparat keamanan berhadapan langsung dengan massa aksi yang lantang meneriakkan takbir ‘Allahu Akbar!!’. Massa aksi menolak hasil Pemilu 2019 yang memenangkan pasangan Jokowi – Ma’ruf dengan jumlah suara 55,50 persen, sementara Prabowo Sandi dengan jumlah suara 44,50 persen.

Masyarakat mencurigai adanya kecurangan yang massif, sistematis dan terstruktur. Kecurigaan itu diperkuat dengan analisis para pakar hukum dan politik didukung sejumlah fakta di lapangan. Kesimpulannya, Prabowo – Sandi telah dicurangi dan itu berarti menghianati rakyat, menghianati demokrasi.

Toh, akhirnya duet Jokowi-Ma’ruf tetap dinyatakan pemenang Pilpres dan memimpin hingga 2024. Publik khususnya pendukung Prabowo sempat tercengang, ketika Prabowo memutuskan menerima tawaran Jokowi untuk bergabung di kabinetnya sebagai Menteri Pertahanan.

Kelompok oposisi pun tak berhenti melakukan perlawanan terhadap rezim Jokowi. Perlawanan itu juga muncul dari kampus-kampus, bahkan BEM UI (Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia) mendaulat Jokowi sebagai ‘The King Of Lip Service’. Lantaran beberapa pernyataan atau janji Jokowi tak sesuai dengan realitas.

Alhasil, kelompok oposisi yang mengkritik rezim Jokowi jadi korban kriminalisasi. Mereka dikerangkeng dibalik jeruji, diantaranya IB HRS (Ketum FPI), Munarman (Sekum FPI), Syahganda Nainggolan, Jumhur Hidayat, Gus Nur, hingga Bambang Tri, bahkan 6 orang aktivis FPI menjadi syuhada.

Kini, setelah setengah tahun lebih Prabowo berhasil menduduki tahta Presiden RI, kelompok oposisi masih nyaring bersuara mendesak Prabowo untuk membersihkan ‘parasit-parasit’ sisa rezim Jokowi yang ada disekitar Istana. Parasit ini dianggap penghambat utama untuk mewujudkan Astra Cita. Parasit ini bergelimang dosa dengan sejumlah kasus Korupsi, Kolusi, Nepotisme.

Kalangan oposisi masih menaruh harapan besar dipundak Prabowo sebagai sosok ideologis yang memperjuangkan nasib rakyat. Meski, ada kekhawatiran Prabowo ‘terjebak kasus hukum’ yang membuatnya ragu untuk bertindak cepat dan tegas membersihkan parasit di sekitarnya.

Namun, jika benar ada ‘jebakan’ itu, maka kami bisa meyakinkan Prabowo bahwa anda tak perlu ragu apalagi khawatir untuk bersikap tegas. Sudah banyak pengorbanan untuk memilih pemimpin pro rakyat. Saatnya, Prabowo bertindakan tegas untuk kemaslahatan negeri ini sebagai bukti anda teman sejati rakyat.
*“Mr. Prabowo you’re Amicus Ad Aras!!!”.*
(*****)