Kisah Inspiratif dari Pengurus Ranting Muhammadiyah tentang Suami Istri yang Ikhlash
Di satu Pimpinan Ranting Muhammadiyah di Jakarta Utara, PRM Pluit Dalam, ada sepasang suami istri yang sederhana namun penuh pengabdian. Sang suami, adalah marbot masjid yang setiap hari menghabiskan waktunya menjaga kebersihan, memakmurkan rumah Allah, dan menyambut setiap jamaah dengan senyum yang tak pernah pudar. Sementara itu, istrinya, dikenal masyarakat sebagai guru Raudhatul Athfal (TK) saat pagi, statusnya adalah Guru Honorer dan juga guru Ngaji saat petang tiba, seorang guru ngaji yang sabar, lembut, dan penuh kasih sayang dalam membimbing anak-anak membaca Al-Qur’an.
Mereka adalah keluarga yg tergolong biasa saja. Hidup mereka sangat bersahaja. Namun, pengabdian keduanya begitu besar. Selain mengurus masjid, mereka aktif dalam berbagai kegiatan Muhammadiyah di lingkungannya—mulai dari pengajian, kegiatan sosial, hingga program pendidikan umat. Bagi mereka, melayani adalah bagian dari ibadah, dan keikhlasan adalah bekal utama.
Beberapa tahun sebelumnya, dalam program Umroh Gratis bagi Marbot Masjid, nama sang suami kami rekomendasikan sebagai salah satu penerima Umroh dari Pemda DKI Jakarta. Air mata haru tak terbendung. Ia sama sekali tidak pernah bermimpi dapat menginjakkan kaki di Tanah Suci. “Ini bukan karena apa-apa,” ucapnya. “Mungkin Allah sedang membalas sedikit dari kekurangan amal saya.”
Perjalanan itu mengubah jiwanya. Sepulang dari umroh, ia semakin giat melayani jamaah dan semakin mendedikasikan dirinya sebagai Marbot Masjid, dengan penuh tanggung jawab.
Beberapa tahun berlalu. Pengabdian mereka berdua tak pernah berubah—bahkan kian bertambah. Sang istri tetap setia mengajar ngaji, datang lebih awal dari murid-muridnya, dan selalu pulang paling akhir setelah membereskan mushaf. Ia tak pernah meminta imbalan. Bagi dirinya, melihat anak-anak lancar membaca Al-Qur’an sudah merupakan kebahagiaan yang tak ternilai.
Hingga suatu hari, tepatnya hari ini Ahad, 23 November 2025 di sebuah acara besar Muhammadiyah tingkat Provinsi, PWM DKI Jakarta dalam acara Milad ke 113 tahun Muhammadiyah. Pembawa acara (MC) menyebutkan angka² penerima hadiah Doorprize Umroh, dan salah satu nomor tersebut ternyata milik sang istri sebagai penerima hadiah umroh tahun ini. Lebih spesial hadiah umroh tersebut berasal dari pemberian Bapak Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah.
Juga baginya terasa spesial hadiah umroh tersebut karena akan bertepatan dengan Hari Guru tanggal 25 November, apalagi Umroh tersebut berasal dari Pak Menteri Pendidikan, jelas ini baginya merupakan Give – hadiah baginya sebagai seorang Guru. Ia lantas memandang suaminya yang berdiri di antara jamaah yang hadir, dan sang suami pun dengan penuh haru berucap… “Allah Maha Adil,” ucapnya.
“Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmush sholihaat”
“Kamu layak mendapat hadiah ini.” ucapnya..
Dari kisah ini layak kita jadikan sebagai pelajaran hidup. Bahwa ketulusan tidak pernah sia-sia. Bahwa Allah membalas kebaikan di saat yang paling indah. Dan bahwa kehormatan sejati bukan terletak pada pangkat atau harta, tetapi pada hati yang mau melayani dan bekerja tanpa pamrih.
Insya Allah sepulangnya nanti dari tanah suci, semoga Bu guru ini juga sang suami akan semakin mantap menjalani amanah di masjid dan organisasi Muhammadiyah. Mereka berdua menjadi inspirasi bagi orang yg mengenalnya, khususnya dilingkungannya tinggal, terutama generasi muda, bahwa hidup yang sederhana pun dapat menjadi cahaya jika dijalani dengan ketulusan dan pengabdian.
Dan begitulah, kisah dua insan ini menjadi tanda bahwa setiap kebaikan akan kembali kepada pemiliknya. Tidak cepat, tidak lambat—tetapi tepat pada waktunya.
Terima kasih Ibu Maryuti_sang guru mengaji…
Terima kasih Pak Hartono_sang Marbot Masjid kami…
Kalian bekerja dengan ikhlas, Kalian layak mendapatkan hadiah dari Sang Maha Pemberi…
Diceritakan oleh :
Kang Lahudin
Ketua PDM Jakarta Utara.

