Masyumi hadir untuk Meluruskan Kiblat Politik Indonesia
Partaimasyumi.id-Jakarta, 7 November 2025 — Dalam rangka memperingati Milad ke-80 Partai Politik Islam Masyumi, keluarga besar partai dan para simpatisan berkumpul di kantor DPP Masyumi, Jalan Matraman 64, Jakarta Timur. Momentum ini tidak hanya menjadi perayaan sejarah, tetapi juga menjadi ajakan reflektif terhadap arah perjuangan politik Islam di Indonesia.
Ketua Umum Partai Masyumi, Dr. Ahmad Yani, dalam pidato politiknya menegaskan bahwa tanggal 7 November bukan sekadar penanda usia, melainkan panggilan untuk merefleksikan tiga hal penting: membangkitkan politik Islam, mengikat kembali persatuan umat, dan meluruskan kiblat politik nasional.
Ia menyampaikan keprihatinan atas meredupnya suara partai-partai Islam dalam pemilu-pemilu terakhir. Menurutnya, kebangkitan Masyumi bukan untuk bersaing dengan partai Islam lain, melainkan untuk menjadi mitra perjuangan dalam menggaet suara umat yang selama ini bimbang dan belum menemukan kepastian ideologis. Penurunan suara partai Islam, kata Ahmad Yani, mencerminkan kegagalan dalam memberikan arah perjuangan yang jelas kepada umat.
“Gelombang persatuan umat seperti gerakan 411 dan 212 menunjukkan potensi besar, tetapi tanpa partai yang mampu mengakomodir kepentingan ideologis umat, energi itu akan sia-sia,” ujarnya.
Lebih jauh, Ahmad Yani menegaskan bahwa Masyumi adalah rumah besar umat Islam yang merangkum berbagai golongan, dari Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis, hingga Al-Wasliyah. Ia mengingatkan bahwa pada Pemilu 1955, Masyumi pernah menjadi pemenang karena kejelasan sikap dan konsistensi ideologi perjuangan. Kini, semangat itu dihidupkan kembali melalui Masyumi Reborn, sebagai upaya mengikat kembali semangat persatuan dan cita-cita politik Islam.
Selain ikatan ideologis dan kesejarahan, Ahmad Yani juga menyinggung ikatan biologis keluarga besar Masyumi yang tetap setia menjaga idealisme partai, meski telah dipaksa bubar pada tahun 1960. Warisan perjuangan itu, menurutnya, harus dirangkum kembali dalam satu ikatan politik yang bermartabat.
Dalam bagian akhir pidatonya, Ahmad Yani mengkritisi kondisi perpolitikan nasional yang semakin pragmatis dan dikuasai oleh oligarki ekonomi. Ia menyebut bahwa demokrasi telah bergeser menjadi alat kekuasaan modal, di mana partai politik tidak lagi menjadi representasi aspirasi rakyat, melainkan perpanjangan tangan pemodal.
“Masyumi hadir untuk meluruskan kiblat politik Indonesia. Kami bertekad mewujudkan politik yang adil, bermartabat, dan berlandaskan ideologi, bukan uang dan kekuasaan,” tegasnya.
Milad ke-80 ini menjadi penegasan bahwa Masyumi tidak sekadar mengenang masa lalu, tetapi menghidupkan kembali semangat perjuangan Islam dalam politik. Dengan tekad dan konsolidasi, Masyumi berharap dapat menjadi kekuatan yang membawa umat menuju cita-cita politik yang luhur: negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

